Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah belum mengeluarkan kebijakan harga baru terhadap bahan bakar minyak (BBM) penugasan jenis premium dan BBM bersubsidi jenis solar. Meski harga minyak dunia terus mengalami penurunan, pemerintah masih menahan harga jual BBM yang didistribusikan PT Pertamina (Persero) tersebut.
Hal yang masih menjadi pertimbangan pemerintah adalah kondisi keuangan Pertamina yang dinilai masih minus akibat harus menanggung kerugian beberapa waktu lalu.
"Pokoknya kita jaga Pertamina jangan sampai
suffer (menderita kerugian) jadi ini yang mau digunakan adalah
price smoothing," ujar Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodojonegoro di kantornya, Senin (27/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumat (24/7) lalu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyebut Pertamina harus menanggung rugi sekitar Rp 12 triliun karena diminta menahan kenaikan harga premium dan solar ketika harga minyak naik beberapa waktu lalu.
“Kemarin saya mendapatkan laporan bahwa harga (minyak) harusnya sudah naik tapi harga (jual premium dan solar) ditahan karena pemerintah ingin melihat stabilitas dulu. Nah Pertamina sempat mengalami defisit kira-kira Rp 12 triliun,” kata Sudirman.
Menurut Sudirman, penurunan harga minyak dunia merupakan kesempatan pemerintah untuk menjaga stabilisasi harga dan mengkompensasi kerugian yang ditanggung Pertamina. Ketika harga minyak tinggi, harga keekonomian Pertamina lebih tinggi dari pada yang ditetapkan pemerintah
Seperti diketahui harga minyak dunia jenis WTI Crude Oil hari ini sudah berada di level US$ 47,86 per barel sementara Brent Crude Oil berada di level US$ 54,50 per barel.
Kritik PengamatSementara mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi (Migas) Faisal Basri menyayangkan keputusan Pemerintah yang tak juga menurunkan harga jual BBM meski harga minyak dunia sudah mengalami tren penurunan dan masuk ke level US$ 40 per barel.
Padahal dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015, Pemerintah menyatakan telah mengembalikan harga BBM jenis premium pada mekanisme pasar dan hanya memberikan subsidi tetap sebesar RP 1.000 untuk setiap liter penjualan solar dan minyak tanah.
Berangkat dari hal tadi, Faisal melihat pemerintah tak konsisten dan kebijakannya yang terlalu lama menahan harga justru merugikan Pertamina.
“Bisa dibayangkan berapa kerugian Pertamina setiap hari. Praktek seperti ini sangat tidak sehat (karena menjadikan) besaran subsidi yang tercantum dalam APBN jadi semu (dan) tidak mencerminkan yang sebenarnya,” tulis Faisal dalam blog pribadinya.
Berbekal fakta tadi, Faisal pun meminta pemerintah segera mengambil kebijakan untuk menyesuaikan harga BBM yang dijual ke masyarakat. Hal tersebut guna memberi peluang kepada masyarakat dan dunia usaha yang niscaya dirugikan dari harga BBM yang masih tinggi.
“Bagi perekonomian, langkah itu (menahan harga) sungguh tidak produktif. Kebijakan fiscal (juga) jadi tidak kredibel, (dan) ibaratnya pemerintah membohongi diri sendiri,” tandasnya.
(gen)