Pemerintah Bidik Rp 800 Miliar dari Penaikan Tarif Bea Masuk

CNN Indonesia
Senin, 27 Jul 2015 16:59 WIB
BKF menyatakan rata-rata tarif bea masuk hanya 7,26 persen. Saat ini rata-rata tarifnya naik menjadi 8,83 persen.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam lima bulan ke depan, penerimaan negara berpotensi bertambah Rp 800 miliar menyusul naiknya tarif bea masuk 1.151 jenis barang konsumsi.

Kalkulasi tersebut disampaikan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara. Kendati berdalih kenaikan bea masuk tidak untuk mengejar target penerimaan, tetapi Guru Besar Universitas Indonesia itu mengakui pemberlakuan Peraturan Menter Keuangan (PMK) Nomor 132/0.10/2015 pada Kamis (23/7) akan berpengaruh positif terhadap kas negara.

"Estimasi dari penerimaan negara dari kenaikan tarif bea masuk ini, untuk 5-6 bulan berikutnya (hingga akhir tahun) hanya Rp 800 miliar," ujar Suahasil di kantor Kementerian Keuangan, Senin (27/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Suahasil, potensi penerimaan Rp 800 miliar bukan efek yang terlalu besar dari kenaikan tarif bea masuk. Pasalnya, angka tersebut sangat kecil jika dibandingkan dnegan targetnya yang mencapai Rp 37,8 triliun di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015.

Suahasil mengatakan penyesuaian tarif bea masuk dilakukan demi melindungi industri dalam negeri. Selama ini tarif bea masuk di Indonesia tergolong rendah dibandingkan dengan negara lain sehingga perlu dinaikkan.

Dia menjelaskan sebelum 24 Juli 2015, rata-rata tarif bea masuk hanya 7,26 persen. Saat ini rata-rata tarifnya naik menjadi 8,83 persen setelah  PMK Nomor 132/0.10/2015 diberlakukan.

Tergolong Rendah

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BIPI) Kementerian Perindustrian Haris Munandar mengungkapkan jika dibandingkan dengan negara-negara Asia, tarif bea masuk di Indonesia tergolong rendah. Contohnya, lanjut Harris, tarif bea masuk di Korea Selatan yang mencapai 13 persen, China 9,9 persen, Vietnam 9,5 persen, India 13,5 persen, serta Thailand 11 persen.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER