Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) optimistis ekspor tekstil dan produk olahannya meningkat 70 persen pada tahun ini menyusul anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Proyeksi pertumbuhan ekspor tekstil dan produl tekstil (TPT) itu lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan ekspor tahun lalu yang sebesar 60 persen.
"Karena dengan pelemahan rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, maka lebih menguntungkan bagi kita untuk mengekspor produk. Karena kan harga kita jadi relatif lebih murah dibanding negara lain yang menyebabkan daya saing kita juga meningkat," jelas Ketua API, Ade Sudradjat di Jakarta, Selasa (28/7).
Ade menambahkan, menggenjot ekspor di tengah pelemahan rupiah merupakan strategi bagus bagi pengusaha tekstil mengingat 90 persen bahan baku industri berasal dari impor. Ia mengatakan lebih baik bagi industri mendapatkan penerimaan dalam denominasi Dollar AS karena biaya pengeluaran industri selama ini sebagian besar harus dibayar menggunakan mata uang Paman Sam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita menggiring output industri kita, yang 40 persennya bagi pasar domesti. Bagi pasar luar negeri, lebih baik kita mendapatkan penerimaan dalam Dollar AS untuk membiayai input industri kita yang juga dibayar dengan Dollar AS," jelasnya.
Menurutnya, penambahan porsi ekspor pada tahun ini akan ditujukan ke negara-negara tujuan ekspor baru di luar Uni Eropa dan Amerika Serikat. Pasalnya, destinasi ekspor tekstil alternatif itu masih memberlakukan bea masuk sebesar 30 persen terhadap output tekstil dalam negeri.
Ade Sudrajad mengeluarkan Vietnam dari daftar negara tujuan ekspor tekstil mengingat harga komoditas tersebut di negara bekas jajahan Perancis itu lebih murah ketimbang di Indonesia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan, tiga negara tujuan ekspor tekstil terbesar pada tahun lalu adalah Amerika Serikat (32,3 persen dari ekspor), Jepang (9,3 persen), dan Turki (4,9 persen).
"Tapi bukan berarti dengan menambah porsi ekspor, sepenuhnya produksi dalam negeri nanti 100 persen untuk ekspor. Keadaan ini hanya memanfaatkan momentum pelemahan rupiah saja, terlebih sekarang terjadi pelemahan daya beli di pasar dalam negeri," tuturnya.
Sebagai informasi, nilai ekspor tekstil dan produk turunannya pada tahun lalu mencapai US$ 12,74 juta atau 7,2 persen dari total ekspor non migas nasional yang mencapai US$ 176,29 juta. Sebagain besar dari ekspor TPT atau sekitar 70 persennya merupakan produk garmen.
(ags/ags)