Kuartal III, Bank Mandiri Terbitkan KIK EBA Hingga Rp 1 T

CNN Indonesia
Kamis, 30 Jul 2015 20:02 WIB
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk berencana menerbitkan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) pada kuartal III 2015 senilai hingga Rp 1 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin (kedua kanan) bersama Direktur Consumer Banking Hery Gunardi (kiri), Direktur Distribution Sentot A Sentausa (kedua kiri) dan Direktur Treasury Pahala N Mansury berbincang usai memaparkan laporan keuangan triwulan I/2015 di Plaza Mandiri Jakarta, Jumat (24/4). (Antara Foto/Puspa Perwitasari)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk berencana menerbitkan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) pada kuartal III tahun ini senilai hingga Rp 1 triliun. Nantinya penerbitan tersebut digadang menjadi pendanaan alternatif perseroan.

Direktur Bank Mandiri, Pahala Mansury mengatakan pihaknya tertarik menerbitkan KIK EBA karena merupakan salah satu opsi pendanaan alternatif. Nantinya, kata Pahala, underlying penerbitan tersebut adalah surat Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

“KIK EBA rencananya sampai Rp 1 triliun pada triwulan III. Underlying yang digunakan adalah KPR dengan tempo sampai 8 tahun. Kami tertarik karena untuk jadi alternative funding diluar penerbitan obligasi dan pihak ketiga,” ujarnya usai paparan publik di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (30/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait pendanaan, seperti diketahui sebelumnya, Bank Mandiri disebut bakal mendapat pinjaman dari China Development Bank (CDB) senilai US$ 1 miliar. Mandiri juga berencana menerbitkan berbagai surat utang setelah penerbitan negotiable certificate deposit (NCD).

Terkait kondisi likuiditas pasar, Direktur Utama Bank Mandiri Budi G Sadikin mengatakan pihaknya memiliki dana yang cukup. Menurutnya kondisi likuiditas perseroan masih bagus dan meningkat dari kuartal sebelumnya.

Hingga Juni 2015, laju pertumbuhan kredit Bank Mandiri meningkat 17,8 persen menjadi Rp 552,8 triliun dibandingkan Juni 2014 sebesar Rp 485,8 triliun. Namun, karena kualitas kredit yang memburuk, rasio kredit bermasalah meningkat 24,2 persen ke level 1,01 persen, dari sebelumnya 0,81 persen.

Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Sulaiman Arianto menyatakan pihaknya telah melakukan langkah-langkah antisipasi untuk memastikan perseroan tetap tumbuh secara sehat dan berkelanjutan.

“Pasalnya, kondisi perekonomian Tanah Air dan negara-negara mitra dagang Indonesia kurang kondusif, yang dapat berdampak terhadap kinerja perbankan,” ujarnya.

Untuk itu, lanjutnya, Bank Mandiri terus menjaga kualitas aktiva melalui pelaksanaan workshop NPL, proaktif menangani debitur yang masuk kategori watchlist, serta melakukan restrukturisasi kredit bagi debitur yang sedang kesulitan.

“Selanjutnya, Mandiri juga selektif dalam menyalurkan kredit dengan tetap mempertahankan target pertumbuhan sesuai rencana bisnis, kualitas calon debitur dan kondisi sektor usaha. Kami juga melakukan pengendalian biaya melalui prioritisasi anggaran sesuai kebutuhan bisnis,” ungkapnya.

Namun, kendati kondisi ekonomi sedang melemah, Bank Mandiri masih mampu membukukan laba bersih Rp 9,9 triliun pada semester I 2015, atau naik tipis 3,5 persen dibandingkan periode yang sama 2014 sebesar Rp 9,6 triliun.

Penyebab pertumbuhan laba tersebut terutama oleh karena pendapatan bunga bersih 13,8 persen dari tahun lalu Rp 19,9 triliun menjadi Rp 21,2 triliun dan pertumbuhan pendapatan atas jasa (fee based income) sebesar 10,4 persen dari tahun lalu Rp 7,2 triliun menjadi Rp 8 triliun.

Lebih lanjut, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tercatat naik menjadi Rp 654,9 triliun pada semester I 2015, dari Rp 555,9 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Dari jumlah tersebut, Bank Mandiri mampu mengumpulkan Rp 403,9 triliun, atau tumbuh 16,9 persen.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER