Beban Melonjak, Laba KFC Indonesia Jeblok 51 Persen

CNN Indonesia
Jumat, 31 Jul 2015 11:50 WIB
Pemegang franchise Kentucky Fried Chicken (KFC), PT Fast Food Indonesia Tbk mencatatkan penurunan laba bersih 51,43 persen menjadi Rp 26,76 miliar.
Karyawan mempersiapkan pesanan makanan dalam pembukaan pertama KFC di Yangon, Myanmar, 30 Juni 2015. (REUTERS/Soe Zeya Tun)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemegang franchise Kentucky Fried Chicken (KFC), PT Fast Food Indonesia Tbk mencatatkan pelemahan kinerja pada paruh pertama tahun ini. Laba bersih perseroan anjlok 51,43 persen menjadi Rp 26,76 miliar pada semester I 2015 karena melonjaknya beban, salah satunya kerugian penghapusan biaya renovasi.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan pada Jumat (31/7), pendapatan Fast Food sebenarnya naik tipis menjadi Rp 2,085 triliun pada paruh pertama tahun ini, dari Rp 2,008 triliun pada semester I 2014. Sementara beban pokok penjualan juga naik tipis menjadi Rp 806,13 miliar, dari Rp 805,59 miliar.

Dalam hal ini, laba kotor Fast Food masih naik tipis menjadi Rp 1,27 triliun pada semester I 2015, dari Rp 1,20 triliun pada paruh pertama 2014.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, beban Fast Food yang lainnya juga tercatat menanjak. Hal inilah yang pada akhirnya membuat performa perseroan melemah. Tercatat, beban penjualan dan distribusi perseroan naik menjadi Rp 1,03 triliun, dari Rp 942,22 miliar.

Lebih lanjut, beban umum dan administrasi Fast Food juga naik menjadi Rp 235,63 miliar pada paruh pertama 2015, dari Rp 208,01 miliar. Namun, yang tercatat naik cukup tinggi adalah beban operasi lainnya. Pos tersebut naik 79 persen menjadi Rp 3,07 miliar, dari Rp 1,71 miliar.

Dalam rinciannya, beban operasi lainnya yang terbesar adalah kerugian penghapusan biaya renovasi bangunan sewa ditangguhkan yang mencapai Rp 2,19 miliar. Jumlah tersebut tercatat naik 123,14 persen dari Rp 982,1 miliar pada semester I 2014.

Kendati terdapat penaikan pendapatan operasi lainnya mencapai Rp 20,48 miliar dari Rp 14,77 miliar, laba usaha Fast Food tidak mampu tumbuh positif. Laba usaha perseroan turun 61,95 persen menjadi Rp 24,97 miliar dari Rp 65,65 miliar.

Laba sebelum pajak Fast Food juga terseret turun menjadi Rp 30,13 miliar dari Rp 68,77 miliar. Kendati beban pajak penghasilan turun tajam 75 persen menjadi Rp 3,45 miliar, laba periode berjalan Fast Food tetap saja meluncur 51,43 persen menjadi Rp 26,76 miliar pada semester I 2015.

Dari sisi aset, hingga Juni 2015 Fast Food mampu mencatatkan nilai Rp 2,37 triliun, naik dari Rp 2,16 triliun di posisi Desember 2014. Sementara itu, liabilitas perseroan mencapai Rp 1,11 triliun, sedangkan ekuitas tercatat Rp 1,15 triliun.

Sebelumnya, Fast Food berencana menambah 49 gerai KFC baru sepanjang tahun ini dengan fokus di wilayah timur nusantara. "Kami akan membuka 49 gerai baru, tetapi kami juga mau atau menutup 9 gerai. Jadi sebenarnya akan ada tambahan 40 gerai tahun ini," ungkap Direktur Fast Food Indonesia J. Dalimin Juwono, belum lama ini.

Terkait gerai yang ditutup, Dalimin menyatakan hal tersebut dilakukan karena beberapa alasan. Dia menilai selain ada yang tidak berkinerja sesuai, beberapa di antaranya juga telah habis masa sewa tempat.

“Ada juga yang sewanya kemahalan dan kita putuskan berhenti. Yang performanya tidak sesuai kita tutup lalu kita alihkan. Kami juga terus mencari daerah baru yang daya belinya tinggi,” jelasnya.

Menanggapi pelemahan kinerja Fast Food, Kepala Riset PT NH Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan tantangan bisnis makanan dan minuman yang padat karya memang berat. Selain penaikan beban gaji dan tunjangan, biaya sewa gerai dan tarif listrik juga bisa menghambat pertumbuhan.

“Termasuk kalau mereka membangun gerai di suatu tempat, mal atau pusat perbelanjaan. Jika termpat tersebut gagal dibuka, sementara KFC sudah set up, maka hal itu jadi kerugian juga buat mereka,” ujarnya kepada CNN Indonesia.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER