Industri Nasional Siap Pasok Baja Untuk Proyek 35 Ribu MW

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Jumat, 31 Jul 2015 09:37 WIB
Menteri Perindustrian, Saleh Husin memperkirakan total nilai kebutuhan material untuk membangun jaringan transmisi listrik mencapai Rp 76,16 triliun.
Sejumlah pekerja PLN melakukan perbaikan dan penggantian suku cadang di saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) di Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (23/5).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perindustrian optimistis kebutuhan baja untuk membangun transmisi listrik sepanjang 46,59 ribu kilometer bisa dipenuhi dari dalam negeri. Menteri Perindustrian, Saleh Husin memperkirakan total nilai kebutuhan material yang digunakan untuk membangun jaringan transmisi pada megaproyek listrik 35 ribu megawatt bisa mencapai Rp 76,16 triliun.

"Untuk transmisi 150 kilovolt (KV) saja, setiap satu kilometer transmisi butuh tiga unit tower, di mana berat satu tower bisa mencapai 10 ton atau 30 ton per km. Nah sampai di sini saja, jelas-jelas proyek ini dapat menggerakkan dan menghidupi Krakatau Steel dan produsen baja nasional lainnya," jelas Saleh Husin melalui keterangan pers, Kamis (30/7).

Saleh menambahkan jaringan transmisi sepanjang 46,59 ribu km tersebut rencananya terdiri dari transmisi berkekuatan 150 KV, 275 KV dan 500 KV yang akan dibangun selama 10 tahun mulai 2015 hingga 2024. Di antara ketiganya, transmisi 150 KV menjadi jaringan terpanjang dengan jarak 40,41 ribu km.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, Saleh merinci komponen tower-tower ini terdiri dari besi profile siku L yang berbobot 86 persen dari berat tower, besi profile plate yang berbobot 10 persen dari berat tower serta baut dengan bobot 4 persen dari berat tower.

Bahkan, produsen komponen nasional juga diyakini berperan dalam proyek ini seperti pabrikan kawat penghantar (konduktor) dan insulator keramik, dimana kebutuhan masing-masing komponen tersebut ialah 9,3 ton per km dan 346 unit per km.

"Garis besarnya, ini melibatkan industri baja, produsen kawat, komponen, tower atau menara, dan dibangun oleh kontraktor nasional. Untuk itu, Kementerian Perindustrian akan memperjuangkan penggunaan komponen dalam negeri di proyek transmisi ini agar industri nasional mendapat manfaat sebesar-besarnya," jelasnya.

Melengkapi ucapan Saleh, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan  sejauh ini baru PT Krakatau Steel yang berminat untuk menyediakan baja bagi proyek ini. Namun, belum diketahui seberapa besar proporsi baja yang bisa disediakan oleh perusahaan yang berbasis di Cilegon, Banten itu.

"Bahkan obrolan terkait seberapa besar proporsi Krakatau Steel belum dilakukan karena kami masih menunggu rencana pembangunan transmisi yang kini masih disusun oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Tapi memang baru perusahaan itu yang baru menyatakan kesanggupannya," tutur Putu ketika dihubungi oleh CNN Indonesia, Kamis malam (30/7).

Sebagai informasi, kapasitas produksi Krakatau Steel sendiri adalah sebesar 4,65 juta ton per tahun pada tahun ini dan menargetkan kapasitas sebesar 7,15 juta ton per tahun pada 2017. Tambahan produksi ini akan dihasilkan dari anak usaha, PT Krakatau Osaka Steel yang dijadwalkan mulai beroperasi tahun 2016 yang memroduksi baja profil (small section steel), baja tulangan (reinforcing bar steel) dan flat bar berkapasitas 500 ribu ton per tahun.

Selain itu, tambahan kapasitas ini rencananya akan dihasilkan dari anak usaha lainnya, PT Krakatau Nippon Steel Sumikin (KNSS) yang memiliki kapasitas produksi 480 ribu ton per tahun.

Sejauh ini, rencana pembangunan transmisi ini belum dilakukan oleh PLN karena masih menunggu suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 5 triliun pada tahun ini dan Rp 8 triliun pada tahun depan. Selain itu, perseroan juga masih menunggu penyisihan laba ditahan yang diperkirakan mencapai angka Rp 15 triliun pada periode 2015. (ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER