Jakarta, CNN Indonesia -- Kendati pertumbuhan ekonomi tanah air melambat, Bank Indonesia (BI) diprediksi bakal tetap menahan tingkat suku bunga di level 7,5 persen. Pasalnya, level rupiah yang lemah membuat bank sentral tersebut perlu bersikap hati-hati.
Bank Indonesia menetapkan kurs tengah rupiah di level 13.529 pada Kamis (6/8), naik 0,08 persen dari level di hari sebelumnya. Sementara berdasarkan data Reuters, di pasar spot rupiah sempat mencapai titik 13.535 per dolar AS.
Sejak akhir tahun lalu, kurs tengah rupiah terhadap dolar AS yang ditetapkan BI telah jeblok 8,75 persen. Pada akhir Desember 2014, kurs tengah BI tercatat di level 12.440 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim Riset Mandiri Sekuritas menyatakan, pertumbuhan ekonomi sedikit mereda, namun masih sejalan dengan ekspektasi. Produk Domestik Bruto (PDB) riil sedikit melambat ke 4,67 persen secara tahunan di kuartal II 2015 dari 4,72 persen secara tahunan pada kuartal sebelumnya.
“Dari perspektif pengeluaran, ekspor bersih telah menjadi satu-satunya dukungan untuk pertumbuhan sementara permintaan domestik yang mereda di kuartal II 2015,” jelas riset tersebut, Kamis (6/8).
Oleh karena itu, tim Mandiri Sekuritas merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dari semula 5,3 persen menjadi 4,8 persen hingga 5,0 persen dengan kemungkinan lebih tinggi pada kisaran bawah. Di sisi lain, kemungkinan kenaikan suku bunga terbatas, meskipun risiko pertumbuhan tetap pada sisi negatif.
“Kami mempertahankan proyeksi, jika bank sentral kemungkinan akan mempertahankan BI rate tidak berubah pada 7,5 persen di pertemuan Dewan Gubernur Bank Indonesia berikutnya (18/8),” imbuh Tim Riset Mandiri Sekuritas.
Selain itu, Mandiri Sekuritas berpikir kemungkinan untuk penurunan suku bunga menjadi lebih kecil di tahun ini, meskipun risiko pertumbuhan tetap pada sisi negatif. Hal ini karena risiko melekat terkait volatilitas rupiah dan ekspektasi inflasi yang meningkat.
“Pada alasan terakhir, meskipun dampak dari fenomena El Nino masih harus dilihat, kami percaya BI ingin menjaga ekspektasi inflasi,” jelas riset tersebut.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan perlambatan ekonomi masih berlanjut di triwulan II 2015, namun diperkirakan akan membaik pada triwulan III dan IV 2015.
“Peningkatan tersebut didukung oleh akselerasi belanja pemerintah seiring dengan realisasi proyek-proyek infrastruktur yang semakin meningkat,” jelasnya dalam keterangan resmi.
Hal itu, lanjutnya, sejalan dengan berbagai upaya khusus yang dilakukan pemerintah untuk mendorong percepatan realisasi belanja modal, termasuk dengan menyiapkan perangkat aturan yang diperlukan. Sementara itu, konsumsi juga diperkirakan membaik, seiring dengan ekspektasi pendapatan yang meningkat dan penyelenggaraan Pilkada serentak di triwulan IV 2015.
“Selain itu, pelonggaran kebijakan makroprudensial juga diperkirakan akan mulai memberikan dampak terhadap aktivitas ekonomi pada semester II 2015,” jelas Tirta.
(gir/gir)