Rupiah Loyo, Menkeu Salahkan Ekonomi Global

Diana Mariska | CNN Indonesia
Selasa, 04 Agu 2015 14:16 WIB
"Banyak yang bertanya pada saya bedanya sekarang dan 97. Bedanya, tahun ini kita ada kestabilan sedangkan 97 tidak ada," kata Bambang Brodjonegoro.
Menkeu Bambang Brodjonegoro saat memberikan keterangan usai memimpin rapat koordinasi (Rakor) terkait revisi APBN 2015 akibat pergerakan harga minyak dunia dan pelemahan nilai tukar rupiah di Kantor Kemenko Perekonomian Jakarta, Selasa, 16 Desember 2014. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menegaskan bahwa meskipun nilai rupiah terus melemah, ekonomi di Indonesia masih tergolong aman. Dalam hal ini, Bambang menuding penyebab utama loyonya rupiah berasal dari pelemahan ekonomi global.

Bambang mengatakan bahwa karena pelemahan ini bersifat global, Indonesia tidak akan mendapat pengaruh khusus dalam skala besar. Meskipun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini telah mencapai angka 13.500 rupiah, menurutnya itu belum masuk tahap mengkhawatirkan. Sebagai contoh, Bambang menyebutkan harga baja yang menurun.

"Walaupun rupiah melemah, harga-harga lainnya seperti baja juga turun," ujarnya dalam pertemuan bersama Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Selasa (4/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia juga membandingkan kondisi keuangan negara sekarang ini dengan kondisi pada tahun 1997. Menurutnya, pada tahun ini kondisi berbeda karena secara fundamental ekonomi memiliki kestabilan, berbeda dengan situasi pada 1998.

"Banyak yang bertanya pada saya bedanya sekarang dan 97. Bedanya, tahun ini kita ada kestabilan sedangkan 97 tidak ada," jelas Bambang.

Lebih lanjut, Bambang juga menjelaskan bahwa kestabilan merupakan hal yang penting. Menurutnya, ekonomi yang sedang dalam keadaan baik dapat dengan mudah terpuruk apabila tidak terdapat kestabilan.

“Untuk saat ini, kestabilan dan sustainability merupakan hal-hal yang akan terus diupayakan oleh pemerintah. Akan terus dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yaitu dengan belanja modal pemerintah dan investasi swasta,” jelas Bambang.

Untuk diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menyentuh level terendah pasca krisis 1998. Secara psikologis, pelemahan ini dinilai bakal menjalar ke semua sektor ekonomi karena bakal berpengaruh terhadap besaran biaya impor dan pada akhirnya kembali menekan daya beli masyarakat.

Bank Indonesia menetapkan kurs tengah rupiah di level 13.495 per dolar AS pada Selasa (4/8), melemah 0,02 persen dari hari sebelumnya. Sementara itu, di pasar uang, rupiah sempat bertengger di level 13.510 hingga 14.00 WIB.

Sejak akhir tahun lalu, kurs tengah rupiah terhadap dolar AS yang ditetapkan BI telah jeblok 8,48 persen. Pada akhir Desember 2014, kurs tengah BI tercatat di level 12.440 per dolar AS.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan bahwa setelah suku bunga acuan AS (Fed rate) nantinya diubah, maka bisa dipastikan mata uang lainnya juga akan terpengaruh tak hanya Rupiah saja. Alasannya, ia menyebut pelemahan rupiah kali ini lebih disebabkan oleh pengaruh eksternal seperti penguatan ekonomi AS.

"Rupiah tertekan karena kondisi eksternal seperti kekuatan AS dan statement Fed rate akan naik. Kalau jelas Fed rate naik, situasi kami harap akan lebih stabil," terang Agus di Jakarta. (gir/gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER