Jakarta, CNN Indonesia -- Rupiah kembali loyo karena derasnya penguatan dolar AS akibat dari rencana bank sentral AS menaikkan suku bunga acuan (Fed rate). Pengamat menilai rencana tersebut dinilai bakal dilakukan bertahap pada tahun ini dan 2016.
Bank Indonesia akhirnya menetapkan kurs tengah rupiah terhadap dolar AS di level 13.517, melemah 0,16 persen dari 13.495 pada Rabu (5/8). Sementara berdasarkan data Reuters, di pasar spot rupiah sempat mencapai titik 13.519 per dolar AS.
Sejak akhir tahun lalu, kurs tengah rupiah terhadap dolar AS yang ditetapkan BI telah jeblok 8,65 persen. Pada akhir Desember 2014, kurs tengah BI tercatat di level 12.440 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden Federal Reserve wilayah Atlanta, Dennis Lockhart menyatakan tidak ada masalah dalam perekonomian AS yang membuat pihaknya harus menahan penaikan Fed rate. Ia bahkan menyatakan perlu adanya 'kerusakan' ekonomi untuk membuatnya tidak setuju dengan penaikan Fed rate.
“Butuh adanya 'kerusakan' signifikan dalam gambaran ekonomi bagi saya, untuk menjadi segan dalam menaikkan (suku bunga),” ujarnya seperti dikutip dari Reuters, Rabu (5/8).
Komentar Lochart juga dinilai menambah bobot kemungkinan kenaikan suku bunga pada September. Lockhart dianggap sebagai sumber kebijakan penetapan Federal Open Market Committee, dan juga merupakan salah satu dari lima presiden bank sentral di daerah, yang memiliki suara pada panel tahun ini.
“Prioritas saya adalah di pertemuan (September) karena pada hari ini ekonomi sudah siap, dan itu adalah waktu yang tepat untuk melakukan perubahan," katanya.
Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan keyakinan Lockhart terkait penaikan Fed rate tersebut sukses membuat dolar AS semakin stabil di area penguatan. Ia menilai, hal itu bakal berlangsung lama hingga akhirnya Fed rate naik dan pelaku pasar sudah menyesuaikan diri.
“Saya melihat penaikan Fed rate bakal dilakukan bertahap. Pada September nanti, kemudian pada tahun depan. Itu sangat mungkin terjadi karena pasar mungkin bakal volatil,” jelasnya saat dihubungi
CNN Indonesia, Rabu (5/8).
Sementara itu, dari dalam negeri, Ariston menilai belum ada sentimen yang cukup kuat untuk menguatkan rupiah terhadap dolar AS. Ia merinci, rilis data pertumbuhan ekonomi yang melambat dan realisasi belanja negara yang rendah membuat kinerja rupiah makin berat.
“Saya perkirakan pada pekan ini rupiah bisa melemah hingga 13.600 per dolar AS. Sementara penguatan bisa terjadi secara berlanjut jika mencapai 13.430,” jelasnya.
(gir/gir)