Jakarta, CNN Indonesia -- Tingginya harga daging sapi dan pedagang yang mogok membuat konsumen kesulitan. Sebagai contoh di pasar tradisional di Tebet, Jakarta Selatan, konsumen bingung bagaimana memenuhi kebutuhan mereka akan daging sapi.
"Saya maunya daging sapi, biasanya saya kalau ada acara sehari sebelumnya sudah pesan, tapi sekarang saya bingung enggak ada yang datang, solusinya enggak ada, tapi kita kan butuh daging," kata Zahra, seorang ibu yang ditemui di pasar tersebut, kepada CNN Indonesia TV, Senin (10/8).
Zahra mengakui bisa saja dia mengganti daging sapi dengan daging lain, seperti ayam atau bahkan beralih ke ikan. Tetapi, menurut dia, anak-anaknya tetap membutuhkan daging sapi demi kandungan nutrisi yang ada pada daging tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenaikan harga daging ini, kata Zahra, sudah terasa dampaknya. Selain sulit mencari daging di pasar, harga daging yang sudah siap makan, seperti di restoran Padang, juga sudah naik.
Juwita, konsumen yang lain, juga mengakui sulitnya mendapatkan daging sapi beberapa hari terakhir. Menurut dia, dengan harga Rp 120 ribu sampai Rp 130 ribu per kilogram, itu terasa amat mahal.
"Sebagai masyarakat kami keberatan dengan harga itu, dan keberatan dengan kebijakan pak Presiden dengan menyetop import daging sapi," katanya.
Lantaran harga daging sapi menjulang, para pedagang daging sapi melancarkan aksi mogok berjualan. Aksi mogok digelar sejak Sabtu (8/8) lalu dan ada yang berencana sampai Selasa (11/8) atau Rabu (12/8).
Selain di Teber, aksi mogok juga digelar di Bogor, Jawa Barat. Kios-kios penjual daging di sejumlah pasar tradisional di Kota Bogor tutup serentak. Menurut mereka lonjakan harga telah membuat pembeli menurun sampai 50 persen.
"Kami berharap pemerintah segera menyikapi kondisi pasar daging sekarang," kata salah satu pedagang di pasar itu. Mereka meminta harga ongkos pemotongan hewan sehingga tidak berdampak pada lonjakan harga jual daging di pasaran.
(ded/ded)