Devaluasi Yuan Berlanjut, Kurs Rupiah Terendah dalam 17 Tahun

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Kamis, 13 Agu 2015 09:56 WIB
Pemerintah China beralasan diturunkannya kembali nilai mata uang yuan sangat bermanfaat untuk mendongkrak nilai ekspor negara Tirai Bambu.
Mata uang yuan. (REUTERS/Stringer)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mata uang China, yuan, kembali anjlok ke titik terendah selama empat tahun pada Rabu (12/8) kemarin setelah Bank Rakyat China (People's Bank of China/PBOC) kembali menurunkan nilainya (devaluasi) pada Selasa (11/8) lalu.

Pemerintah China beralasan penurunan mata uang yuan sangat bermanfaat untuk mendongkrak nilai ekspor negara Tirai Bambu.

Dikutip dari Reuters, nilai tukar yuan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mencapai level terendah yakni 6.4510 yuan per dolar, angka tersebut merupakan yang terendah sejak Agustus 2011.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hanya dalam dua hari yuan telah melemah terhadap dolar sebanyak 3,5 persen dan melemah 4,8 persen terhadap mata uang global setelah PBOC melebarkan rentang mata uangnya (currency band) sebanyak 2 persen.

Devaluasi yang dilakukan oleh PBOC dinilai memicu adanya perang kurs (currency war) dan pendapat bahwa pemerintah China mendorong ekspor dengan cara yang tidak sehat.

"Melihat kondisi ekonomi internasional dan domestik, saat ini tidak ada tren yang mendukung penguatan nilai yuan," ujar pejabat PBOC seperti dikutip Reuters.

Setelah yuan terpelosok dalam sejak dua hari lalu, banyak bank pelat merah China yang terpaksa menjual dolar. Akibat aksi tersebut nilai yuan sempat tertolong di spot market. Tercatat nilai yuan sempat menguat pada penutupan pasar Selasa lalu di level 6.3870 yuan per dolar.

Penurunan nilai yuan juga menyeret nilai mata uang negara Asia lainnya, seperti ringgit Malaysia dan rupiah yang menyentuh titik terendah sejak 17 tahun lalu.

Dolar Australia dan Selandia Baru juga jatuh ke titik terendah sejak enam tahun lalu. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER