Yuan Kibarkan Bendera Putih, Dolar Makin Beringas

Resty Armenia, Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Rabu, 12 Agu 2015 10:25 WIB
Pada pembukaan perdagangan pagi ini, rupiah kembali melemah ke angka Rp 13.796,9 per dolar dan turun lagi menjadi Rp 13.830 per dolar.
Mata uang dolar. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kebijakan Bank Rakyat China (People’s Bank of China/PBOC) menurunkan nilai mata yang yuan sebesar 2 persen kemarin, dinilai pengamat hanya akan membuat dolar menjadi penguasa tunggal valuta asing di dunia. Hal tersebut terbukti pada penutupan perdagangan kemarin, rupiah melemah ke angka Rp 13.615 per dolar setelah sebelumnya bergerak di kisaran Rp 13.506-Rp 13.619 per dolar.

Sementara pada pembukaan perdagangan pagi ini, rupiah kembali melemah ke angka Rp 13.796,9 per dolar dan turun lagi menjadi Rp 13.830 per dolar.

Head of Research NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada memperkirakan awan gelap mash menyelimuti pergerakan rupiah hari ini, Rabu (12/8). Pasalnya yuan yang diharapkan bisa menjadi satu-satunya mata uang yang dapat melawan dominasi dolar, justru dilemahkan sendiri oleh PBOC.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Reza, kebijakan tersebut hanya bagus untuk kegiatan ekspor China agar barang ekspornya menjadi lebih kompetitif nilainya.

“Namun sadar atau tidak, China seperti tidak melihat efek sampingnya. Dengan melemahnya laju yuan maka mata uang tandingan dolar menjadi tidak ada. Poundsterling, yen, euro, hingga rubel sudah terbukti tidak mampu sebelumnya melawan dolar seiring peliknya masalah internal ekonominya,” kata Reza dikutip dari riset, Rabu (12/8).

Jadi, ia melanjutkan, melemahnya mata uang satu-satunya tandingan dolar tentu berimbas negatif pada pergerakan mata uang emerging market termasuk rupiah.

Sementara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil menegaskan, nilai mata uang merupakan refleksi dari kekuatan ekonomi negara tersebut.

“Di tambah lagi faktor internasional sekarang yaitu kelihatannya The Fed makin yakin menaikkan suku bunga. Walaupun kalau kita baca, China yang menurunkan yuan-nya tentu akan berubah lagi konstelasi,” kata Sofyan.

Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengatakan pemerintah masih menanti respons dari Bank Sentral Amerika Serikat atas kebijakan Bank Sentral China tersebut.

“Bagi pemerintah yang penting apakah rupiah bisa bertahan, depresiasi mungkin terjadi tetapi jangan sampai berlebihan,” jelasnya. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER