IHSG Loyo, OJK Belum Selesai Kaji Opsi Buyback Tanpa RUPS

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Kamis, 13 Agu 2015 12:22 WIB
Tindakan baru diambil jika pelemahan bursa saham dinilai sudah di luar kewajaran.
Presiden Joko Widodo mendengarkan penjelasan Direktur Bursa Efek Indonesia Ito Sulistio didampingi Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Nurhaida saat mengunjungi Museum Sejarah Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (10/8). (Detikcom/Agung Pambudhy)
Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan masih memantau gejolak yang terjadi dalam pasar modal saat ini. Tindakan baru diambil jika pelemahan bursa saham dinilai sudah di luar kewajaran.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengatakan memiliki beberapa kebijakan dalam menghadapi situasi pelemahan bursa saham. Salah satunya adalah kebijakan pembelian saham kembali (buyback) oleh emiten, tanpa melalui izin Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

“Ada beberapa wacana terkit dengan kondisi yang bergejolak. Kita lihat dulu bagaimana keadaannya. Kita bandingkan. Lalu kita siapkan apa yang harus dilakukan. Tapi kalau sampai sekarang ini belum ada rencana tindakan,” ujarnya saat dihubungi wartawan, Rabu (12/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengaku, saat ini OJK masih menjalankan pemantauan melalui rapat rutin antara dewan komisioner OJK. Namun, jika situasi semakin memburuk, Nurhaida tidak menampik akan adanya pertemuan darurat dengan tujuan menerbitkan kebijakan.

“Saat ini kami masih rapat regular saja. Update tentang market, rupiah dan kondisi ekonomi. OJK memonitor, membandingkan dengan situasi-situasi sebelumnya,” jelasnya.

Nurhaida mengatakan, kondisi saat ini tidak sama persis dengan situasi pada 2013, di mana OJK akhirnya turun tangan dan mengeluarkan kebijakan buyback tanpa RUPS tersebut. Pasalnya, pada 2013, indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 23 persen antara Mei-Agustus.

“Tapi pelemahan itu bukan indikator utama. Ada beberapa indikator lainnya seperti situasi ekonomi makro, dan perbandingan dengan kondisi bursa global,” jelasnya.

Untuk diketahui, pada tahun ini IHSG telah mengalami pelemahan hingga 18,9 persen dari titik tertinggi di level 5.523 pada April lalu, menjadi 4.479 pada penutupan Rabu (12/8).

“Untuk kebijakan lain, saya tidak mau berwacana dulu, bisa rancu juga di market dan fokus menjadi terpecah. Intinya tergantung kondisi. Sebetulnya ada beberapa alternatif seperti yang sudah matang, kemungkinan ke arah situ,” ungkapnya.

Lebih lanjut, sejak awal tahun (year to date/ytd) IHSG telah longsor 14,3 persen. Pelemahan tersebut menjadi yang terparah di Asia diikuti bursa Singapura yang meluncur 9 persen, kemudian indeks saham Malaysia yang melorot 8,59 persen, dan indeks Thailand yang melemah 5,97 persen.

Sebelumnya, Kepala Riset PT Bahana Securities Harry Su mengatakan bahwa sentimen utama pelemahan bursa saham kali ini adalah karena penurunan nilai mata uang (devaluasi) yuan oleh bank sentral China.

Terkait sentimen dari dalam negeri, kata Harry, saat ini pelaku pasar dinilai tidak terlalu berekspektasi terhadap adanya perombakan kabinet (reshuffle). Ia mengaku, pelaku pasar hanya butuh kecepatan perubahan.

“​Untuk reshuffle, tidak ada ekspektasi terlalu banyak. Kita lihat saja nanti seperti apa, tapi saat ini pasar butuh kecepatan. Tim ekonomi yang baru harus responsif melihat perubahan yang terjadi dalam situasi ekonomi saat ini,” ujarnya saat dihubungi CNN Indonesia. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER