Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana mengurangi jumlah ekspor minyak bumi dan gas bumi (migas) mulai tahun depan. Tujuan dari rencana kebijakan tersebut adalah untuk menekan angka impor minyak dengan lebih banyak memanfaatkan produksi dalam negeri untuk diolah sebagai bahan bakar.
Untuk merealisasikan rencana tersebut, Kementerian ESDM tengah menyiapkan seperangkat aturan yang akan menjadi payung hukum. Nantinya semua Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) akan dipaksa pemerintah untuk mengurangi jumlah penjualannya ke luar negeri.
“Begitu kilang-kilang Pertamina siap, kami akan mulai lakukan tahun depan. Tapi tergantung Pertamina juga karena RDMP (Refinery Development Master Plan) bilangnya kan selesai dua tahun (dari tahun ini),” ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja di Jakarta, Kamis petang (13/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain dinilai mampu menekan angka impor minyak, Wiratmaja yakin implementasi kebijakan tersebut bisa mendorong minat investor di sektor hilir migas untuk membangun fasilitas tangki penyimpanan dan pengolahan minyak. Diharapkan, kapasitas kilang nasional yang ada bisa bertambah signifikan mengingat kapasitas yang ada saat ini masih tak sebanding dengan angka penyerapan bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri.
“Jadi (maksudnya) revitalisasi dan pembangunan kilang sampai penambahan kemampuan pengolahan kilang,” tutur Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.
Sewa Kilang SwastaSeiring dengan wacana pengurangan porsi minyak ekspor, pemerintah bakal membuka peluang kerjasama dengan beberapa perusahaan swasta yang diketahui memiliki fasilitas kilang di Indonesia.
Sementara PT Pertamina (Persero) yang notabene merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Wiratmaja mengaku pemerintah akan menyewa fasilitas penyimpanan milik perseroan guna menampung stok minyak pemerintah.
“Mirip-mirip seperti itu. Yang swasta kan nantinya juga akan membangun kilang-kilang mini,” ungkapnya.
Asal tahu, dari angka produksi minyak Indonesia di level 830 ribu per hari (bph) saat ini terdapat 315 ribu bph atau berkisar 38 persen produksi diekspor ke luar negeri. Dari yang direncanakan, pemerintah menargetkan dalam 10 tahun ke depan porsi ekspor minyak tadi berkurang menjadi 15 persen. Sementara untuk persentase ekspor gas bumi akan dikurangi dari 41 persen tahun ini menjadi nol persen pada 2040.
“Kalau gas, permintaan domestik akan meningkat khususnya untuk industri. Ini juga sudah dimasukan ke Rencana Umum Energi Nasional,” kata Wiratmaja.
(gen)