Jakarta, CNN Indonesia -- Selisih harga sawit dan Mean of Platts Singapore (MOPS) kemungkinan bisa melebar sebagai salah satu dampak yang akan muncul dari program pengumpulan dana sawit (CPO
fund) yang dimulai pemerintah mulai tahun ini.
Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPS) atau BLU CPO
fund Bayu Krisnamurthi menjelaskan program yang bertujuan menjaga atau bahkan menaikkan harga sawit ini berpotensi memperlebar selisih harga tersebut.
"Ada sesuatu yang sangat kami cermati, yaitu harga
crude. Karena harga
crude akan memengaruhi harga MOPS sedangkan program ini sendiri akan membuat harga sawit tidak turun, mudah-mudahan bisa naik. Jadi kalau harga sawitnya naik harga MOPS nya turun, selisihnya akan makin lebar. Artinya dana yg harus dibayarkan akan makin terbuka," kata Bayu di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Selasa (18/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan Wakil Menteri Perdagangan itu menjelaskan selama satu bulan terakhir kebijakan pungutan CPO
fund diberlakukan, instansinya telah mengumpulkan dana sekitar Rp 750 miliar.
“Dari 16 Juli sampai 17 Agustus, dana pungutan sawit yang sudah terkumpul adalah Rp 750 miliar,” jelasnya.
Sebelumnya Bayu telah meneken kontrak pengelolaan dana dengan tiga bank badan usaha milik negara (BUMN) yaitu PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI).
Pemerintah sendiri memperkirakan dana pungutan CPO
fund yang dapat dikelola oleh bank-bank yang ditunjuk bisa mencapai US$ 750 juta atau lebih dari Rp 8 triliun per tahun.
Dana yang dikutip dari kegiatan ekspor CPO dan produk turunannya itu sedianya dapat digunakan untuk peremajaan perkebunan sawit rakyat, penelitian dan pengembangan kelapa sawit, promosi kelapa sawit, sarana dan prasarana perkebunan kelapa sawit, dan pengembangan sumber daya manusia perkebunan kelapa sawit.