Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina Retail, anak usaha PT Pertamina (Persero) pengelola stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) mengakui lesunya perekonomian nasional yang menekan industri otomotif berdampak langsung pada kinerja penjualan perusahaan.
Toharso, Presiden Direktur Pertamina Retail menjelaskan meskipun terjadi peningkatan, perusahaannya belum dapat memenuhi target pertumbuhan penjualan yang diharapkan. Ia mencontohkan, penjualan bahan bakar minyak (BBM) di SPBU tidak tumbuh sesuai dengan angka penjualan otomotif nasional.
Dalam hitungan Toharso seharusnya dengan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di atas 10 persen per tahun, mestinya pertumbuhan penjualan BBM juga tumbuh di atas 10 persen. Tetapi kenyataannya untuk mencapai kenaikan penjualan BBM agar dapat mengimbangi pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor dengan jumlah SPBU yang sama, masih belum bisa dicapai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Sebagai contoh dengan jumlah SPBU yang sama, misalnya 100 SPBU dahulu kita bisa menjual total sekitar 1,3 miliar liter atau 1,3 juta kiloliter (KL). Sekarang dengan jumlah 100 SPBU itu tidak akan mencapai jumlah 1,3 juta KL. Artinya penjualan BBM rata-rata per SPBU mengalami penurunan,” jelas Toharso, dikutip dari laman Pertamina, Kamis (20/8).
Untuk menjaga pertumbuhan penjualan, Pertamina menurutnya harus terus menambah jumlah SPBU baik yang dikelolanya sendiri maupun bekerjasama dengan anggota Hiswana Migas.
Ia menyebut sampai akhir 2014 lalu, Pertamina Retail hanya mengelola sebanyak 100 SPBU berstatus
company own company operate (COCO) di seluruh Indonesia. Sementara sampai saat ini, Pertamina Retail baru bisa menambah 13 SPBU baru.
“Saat ini SPBU COCO Pertamina Retail bisa menjual rata-rata 32 KL per hari di seluruh Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa penurunan kegiatan ekonomi yang berdampak secara nasional, ikut mempengaruhi jumlah penjualan kendaran bermotor dan berdampak pada penjualan BBM di SPBU Pertamina,” jelasnya.
Penurunan penjualan dirasakan Pertamina Retail tidak hanya dari bisnis penjualan BBM. Namun juga dari bisnis minimarket Bright store yang selalu menjadi bagian dari SPBU COCO dan beberapa SPBU
dealer own dealer operate (DODO).
“Dari sisi non-fuel, kondisinya hampir sama. Kita punya Bright
store yang berada di lokasi SPBU COCO dan beberapa DODO, terlihat daya beli masyarakat juga menurun. Sehingga mengakibatkan omzet per gerai berkurang,” keluhnya.
Selama tujuh bulan di 2015, para produsen mobil yang bernaung dalam Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) hanya berhasil membukukan penjualan wholesale sebanyak 581.106 unit. Angka tersebut turun 20,7 persen dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama tahun lalu 733.444 unit.
(gen)