Tangerang, CNN Indonesia -- Menghadapi lemahnya penjualan mobil di dalam negeri, pemerintah berupaya menjadikan Indonesia basis produksi otomotif untuk pasar luar negeri. Untuk itu, pemerintah akan memrioritaskan investasi baru di sektor otomotif yang berorientasi ekspor.
"Melihat data pada semester I kemarin, penjualan otomotif dalam negeri memang sempat turun, tapi investasinya tetap tumbuh. Upaya pemerintah ke depan adalah bagaimana menjadikan Indonesia sebagai basis industri otomotif yang berorientasi ekspor," jelas Menteri Perindustrian, Saleh Husin di gelaran Gaikindo International Auto Show (GIIAS) di Serpong, Kamis (20/8).
Sebagai informasi, sepanjang semester I lalu penjualan mobil dalam negeri tercatat sebesar 525.458 unit atau turun 18,2 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya 642.110 unit. Kendati demikian, ekspor mobil meningkat dari angka 96.962 unit menjadi 107.448 unit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(Baca:
Mudik Lebaran Tak Mampu Selamatkan Pasar Otomotif Nasional)Untuk meningkatkan volume ekspor kendaraan, Saleh mengatakan pemerintah juga berupaya mengimbangi investasi baru dengan penguatan daya saing produksi lokal melalui penggunaan komponen dalam negeri. Dengan menggunakan komponen dalam negeri, diharapkan harga jual mobil produksi dalam negeri bisa semakin murah.
"Tentunya investasi yang masuk pun nantinya juga harus menggunakan kandungan dalam negeri agar mobil kita memiliki daya saing. Saya yakin industri komponen dalam negeri kita bisa memenuhi kebutuhan tersebut, apalagi nanti PT Krakatau Baja Steel Sumikin (KNSS) sedang membangun pabrik baja bagi industri outer part industri otomotif," ujar Saleh.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Gaikindo Sudirman Maman Rusdi mengatakan, ekspor mobil Indonesia ke luar negeri akan tetap aman kendati di negara-negara tujuan ekspor juga tengah terjadi perlambatan ekonomi. Pasalnya, telah terjadi kesepakatan dengan negara tujuan ekspor dan juga prinsipal otomotif untuk tetap mengirim mobil dalam ukuran yang sama.
"Karena hal itu, meskipun target penjualan dalam negeri kita revisi terus, namun proyeksi angka ekspor kita tetap optimis di angka 202 ribu unit pada tahun ini," jelas Sudirman di lokasi yang sama.
Kendati demikian, ekspor mobil pada semester II mendatang juga akan mendapat tantangan karena tidak dirasakannya manfaat dari pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS. Pasalnya, dengan komponen-komponen mobil yang sebagian besar masih diimpor, menyebabkan industri otomotif Indonesia tak bisa memanfaatkan momentum depresiasi Rupiah.
"Apalagi volume ekspor ke luar negeri tidak meningkat. Memang akibat pelemahan Rupiah margin sempat naik, tapi margin-nya langsung tertutup lagi akibat beli komponen impor. Kendati demikian, kami masih tetap yakin ekspor akan berjalan sebagaimana mestinya," jelasnya.
(ags/gen)