Ekonomi Masih Lesu, Kebangkitan Otomotif Tunggu Akhir 2016

Safyra Primadhyta & Galih Gumelar | CNN Indonesia
Kamis, 20 Agu 2015 15:07 WIB
Total penjualan mobil pada Januari-Juli tahun ini sebanyak 581.106 unit, turun 20,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 733.444 unit.
Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) yang digelar di Indonesia Convention Exhibition, Hall 6A, Jl. BSD Green Boulevard, BSD City, Tangerang Banten, 21-30 Agustus 2015. (CNN Indonesia/Safyra Primadhyta)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Jusuf Kalla, Sofjan Wanandi mengatakan industri otomotif nasional masih harus bersabar hingga akhir tahun depan untuk bisa bangkit kembali. Pasalnya, pasar kendaraan diprediksi baru akan kembali menggeliat pada saat itu seiring dengan membaiknya perekonomian domestik dan global.

"Saya pikir untuk industri otomotif baru akhir tahun depan mulai tumbuh lagi" tutur Sofyan saat ditemui di acara Gaikindo International Indonesia Auto Show (GIIAS) di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City, Tangerang, Kamis (20/8).

Menurutnya, pertumbuhan industri otomotif sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Pasalnya, perekonomian yang prima membuat jumlah masyarakat yang mampu membeli mobil pun naik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ekonomi nasional tumbuh, industri mobil baru tumbuh, tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Apabila kita lihat, kalau perekonomian kita tumbuh di atas 6 persen, pasti industri mobil tumbuh lebih cepat," tuturnya.

Korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan permintaan kendaraan, kata Sofyan, tak lepas dari peran serta kelompok masyarakat kelas menengah sebagai motornya. "Karena kelas menengahnya naik mereka punya tenaga untuk membeli," tuturnya.

Karenanya untuk memulihkan industri otomotif nasional, Sofyan mengatakan pemerintah perlu berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan guna menyusun kebijakan yang ramah bagi industri. Misalnya, lanjut dia, dengan memberi insentif antara lain berupa pembebasan bea masuk bagi pengusaha komponen demi mendorong lokalisasi di industri otomotif.

Namun, Sofjan menyadari hal itu tidaklah mudah karena pemerintah juga punya kepentingan untuk meningkatkan penerimaan pajak. Untuk itu, lanjutnya, harmonisasi kebijakan industri dan keuangan perlu diciptakan agar saling menguntungkan kedua belah pihak.

"Ada kepentingan-kepentingan yang masih berbeda. Kalau yang satu kepentingannya bagaimana bisa dapat duitnya banyak, secepatnya, kalau industri kan mau melihatnya jangka panjang, bagaimana orang bisa bekerja lebih banyak," kata Sofyan.

Pada tempat yang sama, Menteri Perindustrian Saleh Husin menegaskan koordinasi antarlembaga pemerintah terus dilakukan guna mendorong pertumbuhan industri. Hal itu bisa tercermin dari terbitnya aturan mengenai tax holiday maupun tax allowance.

"Insentif-insentif itu kan ada persyaratan yaang harus dipenuhi. Tentu Kementerian Perindustrian bersama BKPM, Kementerian Keuangan dalam hal ini BKF, kitab terus berkoordinasi," kata Saleh.

Sebagai informasi, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat angka penjualan mobil di Tanah Air pada bulan lalu anjlok 32,3 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi 55.618. Secara kumulatif total mobil baru yang terjual sejak Januari hingga Juli tahun ini sebanyak 581.106 unit atau turun 20,7 persen dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama tahun lalu, 733.444 unit. (ags/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER