Pangkas Jumlah Bank, Resep Faisal Basri Obati Jantung Ekonomi

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Kamis, 27 Agu 2015 23:35 WIB
Dengan bank negara yang kuat, jantung perekonomian bakal semakin kuat dan mampu merambah ke berbagai pelosok tanah air untuk menyalurkan kredit.
Gedung Ba
Jakarta, CNN Indonesia -- Usai mengibaratkan ekonomi Indonesia layaknya penderita penyakit jantung yang tidak mampu menyedot dan memompa uang dengan maksimal, ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri kemudian berbagi resep kepada pemerintah untuk dapat memperbaiki masalah tersebut.

“Jumlah bank di Indonesia teramat banyak, tidak kunjung mengalami konsolidasi. Ada 119 bank tetapi kecil-kecil. Hal itu membuat bank nasional tercecer di kancah Asean,” ujar Faisal dalam risetnya, dikutip Kamis (27/8).

Jika dirunut berdasarkan nominal ekuitas yang dikuasai, Faisal mengatakan PT Bank Mandiri Tbk sebagai bank dengan ekuitas paling jumbo hanya menempati urutan ke-8 di Asean. Sementara tiga bank terbesar dari sisi ekuitas semuanya berasal dari Singapura.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kalau dari besaran aset, Bank Mandiri di urutan ke-11. Tiga besar lainnya juga diduduki oleh Singapura, urutan empat-enam diduduki bank Malaysia, dan urutan tujuh-10 diduduki bank Thailand,” tegasnya.

Mantan komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) itu berpendapat jika pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) benar-benar serius ingin memperkuat jantung perekonomian, maka Indonesia perlu memiliki bank yang kuat dari sisi permodalan maupun aset.

“Gabungkan saja Bank Mandiri dan Bank BNI. Serta merta posisi bank gabungan itu naik ke urutan ke-5 dari segi ekuitas dan urutan ke-7 dari segi aset,” kata Faisal.

Dengan memiliki bank negara yang kuat, Faisal menilai jantung perekonomian bakal semakin kuat dan mampu merambah ke berbagai pelosok tanah air untuk menyalurkan kredit ke semakin banyak pengusaha.

“Ujungnya ketergantungan kita pada kucuran darah dari luar negeri bakal berkurang,” jelasnya. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER