Cadangan Devisa BI Terkuras, Mantan Kepala BKF Cemas

CNN Indonesia
Selasa, 08 Sep 2015 16:31 WIB
Dalam delapan bulan terakhir cadangan devisa Indonesia terkuras US$ 8,86 miliar menjadi tinggal US$ 105,34 miliar per Agustus 2015.
Kepala Ekonom BRI Anggito Abimanyu. (Antara Foto/Reno Esnir)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Ekonom Bank Rakyat Indonesia (BRI) Anggito Abimanyu menilai upaya Bank Indonesia mengendalikan nilai tukar rupiah dengan menguras cadangan devisa belum optimal.

Kondisinya, kata Anggito, justru semakin mengkhawatirkan mengingat persediaan dolar Amerika Serikat (AS) di kas BI yang semakin menipis seiring dengan semakin derasnya aliran modal ke luar.

"Cadangan devisa memang digunakan untuk menstabilisasi, saya tidak melihat hal itu keliru. Namun saatnya cadangan devisa itu dimanfaatkan secara optimal. Namun efektifnya intervensi itu tidak bisa terukur. Indonesia sudah mulai flat, tapi kok capital outflow masih terjadi?" ujar Anggito saat dihubungi CNN Indonesia, Selasa (8/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan jumlah cadangan devisa Indonesia per Agustus 2015 sebesar US$ 105 miliar. Angka tersebut turun US$ 2 miliar dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya US$ 107 miliar.

Dengan demikian, dalam delapan bulan terakhir cadangan devisa Indonesia terkuras US$ 8,86 miliar, yakni dari US$ 114,2 miliar pada Januari.  

"Jumlah cadangan devisa Indonesia cukup mengkhawatirkan karena hampir menyentuh batas psikologis US$ 100 miliar," kata Anggito.

Mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) itu juga menyoroti kasus serupa di China dan Malaysia, di mana cadangan devisa kedua negara terkuras lebih besar dibandingkan Indonesia. Kendati demikian, intervensi yang besar dari masing-masing bank sentral sukses meredam guncangan di pasar uang di kedua negara tersebut.

Sebelumnya, People's Bank of China (PBoC) merilis jumlah cadangan devisa China yang tergerus US$ 93,9 miliar selama Agustus menjadi US$ 3,56 triliun.

Penurunan itu, kata Anggito, karena Beijing menjual dolar AS untuk mendukung yuan yang sebelumnya mengalami dipangkas nilainya (devaluasi) dan berdampak pada bergolaknya pasar finansial regional dan global.

Sementara Malaysia, lanjut Anggito, cadangan devisanya menyentuh level US$ 100,5 miliar pada Juli lalu, turun US$ 5 miliar dari posisi Juni US$ 105 miliar. Merosot cadangan devisa Malaysia tak lepas dari upaya bank sentral mengintervensi nilai ringgit yang sempat anjlok ke nilai terendah sejak 1998.

"Tapi total Dana Piha Ketiga (DPK) atau dana yang dihimpun, kredit yang disalurkan, inklusi keuangan mereka lebih baik dibandingkan dengan kita. Bahkan tahun 2008 Malaysia belum mengalami banking crisis," ujarnya.

Mantan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama itu juga meyakini BI akan berusaha menjaga cadangan devisa tetap berada di atas angka psikologisnya yakni US$ 100 miliar. Untuk itu, bank sentral diprediksi akan menaikan suku bunga acuan (BI rate) agar portfolio keuangan domestik tetap menarik.

"Itu langkah pamungkas, langkah terakhir yang ditempuh. Bukan tidak mungkin, yang penting naikin saja supaya tidak melulu menggunakan cadangan devisa untuk mencegah cash outflow," ujarnya.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER