Batal Lepas Saham , Ciputra Residence Gagal Kantongi Rp 1 T

CNN Indonesia
Selasa, 08 Sep 2015 19:03 WIB
Awalnya Ciputra Residence berencana melepas 20 persen sahamnya pada tahun ini, dengan target indikatif sekitar Rp 1 triliun.
Landskap apartemen. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Ciputra Development Tbk (CTRA) membatalkan rencana penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) anak usahanya, PT Ciputra Residence menyusul memburuknya situasi ekonomi.

Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Ciputra Development, Tulus Santoso mengatakan pembatalan ini murni disebabkan karena melihat kondisi pasar yang tidak stabil. .

"Rencana IPO Ciputra Residences batal tahun ini. Hal ini memang benar-benar karena kondisi market," ujarnya usai Rapat Umum Pemegang Saham, di Ciputra World I, Jakarta, Selasa (8/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, Ciputra Residence sudah mempersiapkan diri untuk mengadu peruntungan di lantai bursa.  Untuk itu, perseroan telah menunjuk PT Mandiri Sekuritas dan PT CIMB Securities selaku penjamin pelaksana emisi.

Awalnya Ciputra Residence berencana melepas 20 persen sahamnya, dengan target indikatif sekitar Rp 1 triliun. Kejatuhan  indeks harga saham gabungan (IHSG) sebesar 17,71 persen sepanjang tahun ini membuat manajemen Ciputra berpikir ulang untuk terjun ke pasar.

Tulus Santoso menambahkan, selain membatalkan IPO perseroan juga menurunkan anggaran belanja modal pada tahun ini sebesar 30 persen. Awalnya perseroan mencanangkan belanja modal sebesar Rp 2 triliun, tetapi dikoreksi menjadi hanya Rp 1,4 trliun.

"Sampai saat ini sudah terserap Rp 1,2 triliun. Kita turunkan anggaran belanja modal 30 persen dari rencana awal," ujar Tulus.

Ia mengungkapkan, dengan kondisi seperti sekarang ini, perseroan memilih untuk berfokus kepada proyek-proyek rumah tapak (landed house) ketimbang proyek gedung menjulang (high rise) seperti apartemen atau perkantoran. Pasalnya, kontribusi penjualan rumah tapak lebih besar dibandingkan dengan kontribusi apartemen atau perkantoran.
 
"Dalam situasi seperti ini, kita berencana lebih fokus ke landed, karena performanya relatif stabil, meski turun. Landed itu sebesar 85 persen dari penjualan, sementara high rise hanya 15 persen," jelasnya.

Analis DBS Vickers Securities, Edward Tanuwijaya, mengatakan terdapat beberapa risiko utama dalam kinerja Ciputra Development. Pertama, terkait lambatnya penjualan di proyek yang ada dan baru.

“Tingkat keterjangkauan yang rendah untuk properti dan ketidakpastian atas pajak properti dapat mengurangi penjualan pemasaran lebih dari saat kita harapkan. Harga komoditas yang lemah juga akan mempengaruhi proyek Joint Operation baru di daerah pedesaan,” jelasnya dalam riset.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER