Jakarta, CNN Indonesia -- Manajemen Astra Property siap mengucurkan investasi sebesar Rp 8 triliun untuk membangun dua proyek perdana perseroan di sektor properti.
David Iman Santosa, President Director PT Brahmayasa Bahtera, perusahaan patungan Astra International dan Hongkong Land mengatakan dari total rencana investasi senilai Rp 8 triliun tersebut, sebesar Rp 3,6 triliun digunakan untuk membangun aparteman mewah Anandamaya Residences. Sementara itu sisanya untuk mendanai pembangunan Menara Astra.
“Untuk investasi yang telah terserap sejak groundbreaking pada 2014 lalu, kira-kira sekitar 20 persen,” ujar David di Jakarta, Selasa (8/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan bahwa kedua proyek tersebut ditargetkan bisa rampung dan beroperasi pada 2018. Sementara
topping off (peresmian akhir pembangunan) rencananya bakal dilangsungkan pada awal 2017.
“Untuk Anandamaya
topping off ditargetkan kuartal I 2017, dan beroperasi pada 2018,” jelasnya.
David menambahkan target pasar dari apartemen super mewah ini adalah masyarakat kelas menengah atas. Menurutnya target tersebut dipilih karena sangat terkait dengan posisi dan lokasi, juga visi Astra untuk masuk ke pasar properti.
Terkait penjualan proyek premium tersebut, manajemen menyatakan 90 persen unit apartemen mewah tersebut sudah terjual sejak Agustus 2014 hingga saat ini. Adapun rentang harga dimulai dari Rp 9,6 miliar hingga Rp 16 miliar per unit.
“Kebanyakan profil pembeli adalah investor. Tapi ada juga end user. Meski premium, proyek ini spesial karena adanya
design dan spesifikasi yang sesuai harga,” ujar Head of Residential Development Astra Property Wibowo Muljono.
Untuk diketahui, proyek yang berada di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat ini memiliki tiga menara hunian. Satu menara merupakan
luxury apartment, sementara dua menara sisanya merupakan
premium apartment.
“Yang
luxury itu Andamaya One dengan harga mulai dari Rp 16 miliar per unit dengan tiga kamar tidur,” jelasnya
Luke Rowe, Direktur Regional Jones Lang LaSalle (JLL) mengatakan sejak April 2015, pasar apartemen tinggal mengalami penurunan. Menurutnya terdapat beberapa faktor yang menyumbang penurunan tersebut seperti depresiasi rupiah, dan lainnya.
“Di Jakarta, nilai penjualan pada kuartal kedua adalah 68 persen lebih rendah dibandingkan kuartal pertama. Akan tetapi, terlepas dari keadaan ekonomi saat ini, JLL tetap percaya bahwa seiring dengan kepercayaan diri dari konsumen yang menguat, pasar apartemen tetap memberikan timbal balik karena adanya peningkatan kebutuhan tempat tinggal di perkotaan,” katanya.