Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) optimistis dapat memangkas impor bahan bakar beroktan tinggi sebanyak 600 ribu barel per bulan menyusul mulai beroperasinya fasilitas pengolahan sisa minyak mentah atau
Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) di kilang Cilacap, Jawa Barat. Proyek senilai US$ 1,4 miliar itu akan mulai diuji coba dalam waktu dekat dan dijadwalkan mulai beroperasi secara komersial pada Oktober 2015.
"Ada sekitar 21 unit
equipment dari RFCC dan 20 di antaranya sudah dioperasikan. Dalam proses
start up tersebut memang dilakukan secara bertahap dan diharapkan pada September ini semua unit
equipment beroperasi sehingga bulan depan tetes produk pertama dimulai," kata Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi saat melakukan peninjauan kesiapan RFCC Cilacap, Senin (14/9).
Pertamina mengalokasikan anggaran US$ 1,4 miliar untuk membangun fasilitas pengolahan RFCC di Cilacap, yang diyakini mampu menghasilkan solar RON 93 berstandard Euro 3 sebanyak 37.500
barel stream day (bsd), elpiji sebanyak 389 ribu ton per tahun serta
Propylene 430 ton per hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rachmad menjelaskan RFCC juga akan mengolah bahan baku (
feed stock) berupa residu lilinan belerang rendah atau
Low Sulfur Waxy Residue (LSWR) yang dihasilkan dari unit distilasi minyak mentah menjadi solar beroktan tinggi dan ramah lingkungan. Selain itu, Rachmad meyakini fasilitas ini mampu meningkatkan produksi elpiji dan produk baru propylene.
"Keberadaan RFCC sangat strategis, selain meningkatkan keekonomian kilang Cilacap, juga akan mengurangi impor HOMC (bahan bakar beroktan tinggi ) 600 ribu barel per hari, yang pada akhirnya menghemat devisa negara," jelas Rachmad.
(ags/gen)