Jakarta, CNN Indonesia -- Bos besar PT Adhi Karya Tbk Kiswodarmawan mengaku tidak khawatir gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan mengganggu penyelesaian proyek light rail train atau (LRT) yang dipercayakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk dikerjakan perseroan. Menurutnya, Adhi Karya sudah memperhitungkan potensi pelemahan rupiah saat membuat estimasi nilai investasi yang harus dikeluarkan untuk proyek angkutan massal penghubung Jakarta dengan kota-kota satelit di sekitarnya.
“Juni kemarin kami sudah revisi kurs untuk rencana jangka panjang (RJP) perseroan. Setiap semester kami revisi karena saat ini dolar kan sudah Rp 14 ribuan. Kami pasang di Rp 14.300 per dolar,” kata Kiswodarmawan di Jakarta, Rabu (16/9).
Bahkan mantan Direktur Operasional PT PP Tbk itu mengaku sama sekali tidak khawatir jika rupiah terkapar di angka Rp 15 ribu per dolar. Pasalnya, kebutuhan valuta asing untuk mendanai proyek kereta yang mampu mengangkut 24 ribu orang sekali jalan itu sangat kecil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Secara total paling hanya 5 persen yang terpengaruh. Paling hanya naik Rp 1.000 saja atau berapa. Kalau perlu kami lakukan efisiensi yang lain,” katanya.
Sebagai informasi, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah mengestimasi total biaya yang dibutuhkan untuk proyek prasarana LRT adalah Rp 23,81 trilliun terdiri dari biaya pekerjaan umum (civil works) sebesar Rp 19,15 triliun dan biaya fasilitas operasi sebesar Rp 4,66 triliun.
Struktur prasarana LRT dibangun menggunakan pondasi tiang pancang berdiameter 100 centimeter (cm) dan 80 cm dengan pilar dan girder dari beton
precast dan
pretest. Adapun jalur layang tersebut akan berdampingan dengan beberapa ruas jalan tol yang dikelola Jasa Marga.
Lintasan LRT tahap I memiliki panjang 42,1 kilometer (km) dan terbagi tiga meliputi rute Cibubur-Cawang sepanjang 13,7 km, Bekasi Timur-Cawang 17,9 km, dan Cawang-Dukuh Atas 10,5 km.
Pembangunan tahap I mencakup pembangunan 21 stasiun LRT dan akan dimulai pada kuartal akhir tahun 2015 hingga awal 2018.
Sementara itu, tahap kedua (tahap II) panjangnya 41,5 km dan terdiri dari tiga lintas pelayanan Cibubur-Bogor 30,5 km, Dukuh Atas-Palmerah-Senayan 5,5 km, dan Palmerah Grogol 5,5 km. Adapun jumlah stasiun yang dibangun ada 10 stasiun. Pembangunan tahap II diperkirakan baru akan dimulai awal 2016 hingga akhir 2018.