ADB Pangkas Pertumbuhan PDB RI, IHSG dan Kurs Kompak Melemah

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Selasa, 22 Sep 2015 18:07 WIB
Asian Development Bank (ADB) memangkas target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini, dari 5,5 persen pada Maret lalu menjadi 4,9 persen.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah kembali terkoreksi pada perdagangan hari kedua pekan ini, Selasa (22/9). (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah kembali terkoreksi pada perdagangan hari kedua pekan ini, Selasa (22/9).

IHSG ditutup melemah sebesar 32 poin atau 0,73 persen ke level 4.344 setelah bergerak di antara 4.337-4.389.

Sementara rupiah turun 65 poin atau 0,45 persen menjadi Rp 14.551 per dolar AS, setelah berfluktuasi di kisaran Rp 14.443-Rp 14.554 di pasar valuta asing.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Riset PT First Asia Capital, David Sutyanto mengatakan pelemahan rupiah terjadi karena Asian Development Bank (ADB) memangkas target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini, dari 5,5 persen pada Maret lalu menjadi 4,9 persen.

“Rupiah memang mengejutkan sekali ya, karena ADB downgrade pertumbuhan ekonomi kita," jelasnya di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (22/9).

Selain itu, David melihat depresiasi rupiah juga dipicu oleh kebutuhan dolar AS yang tinggi untuk membayar utang di penghujung kuartal III 2015. Hal ini turut berpengaruh negatif terhadap pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Biasanya kan pembayaran utang di akhir kuartal, makanya sekarang pada ngumpulin dolar. Ini membuat IHSG juga menjadi merah,” tuturnya.

Menurutnya, saat ini kinerja rupiah sangat tergantung dengan langkah Bank Indonesia (BI) mengendalikannya di level psikologis. Kisaran kurs yang dianggapnya cukup bersahabat bagi psikologis investor adalah di kisaran Rp 14.500 per dolar.

“Namun kalau masih tembus lagi bisa mencapai Rp 14.700 per dolar AS. Kalau tembus Rp 14.700 bisa masuk ke tren baru di mana rupiah akan terus melemah. Secara fundamental saat ini tidak ada yang positif bagi rupiah, hanya teknikal rebound saja,” jelasnya.

IHSG, lanjut Davis, seharusnya menguat pada pekan ini. Namun, aksi jual bersih (net sell) investor asing yang tinggi membuat tren penguatan tertahan.  

Selain itu, jelas David, IHSG juga terkena sentimen pelemahan kinerja emiten pada kuartal III.

“Sampai akhir pekan harusnya kita bisa menguat, tapi kemarin asing net sell besar-besaran sampai Rp 500 miliar. Hari ini kita turun, maka support di 4.300, resisten di 4.400,” jelasnya.

Mandiri Sekuritas mencatat, investor membukukan transaksi sebesar Rp 4,39 triliun, terdiri dari transaksi reguler Rp 2,95 triliun dan transaksi negosiasi Rp 1,44 triliun. Di pasar reguler, investor asing membukukan transaksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 130,07 miliar.

Sebanyak 95 saham naik, 177 saham turun, 86 saham tidak bergerak, dan 197 saham tidak ditransaksikan. Sebanyak tujuh sektor melemah, dipimpin oleh sektor barang konsumsi yang turun 1,74 persen dan sektor manufaktur yang turun 1,11 persen.

Saham di sektor barang konsumsi yang paling terkoreksi adalah PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) yang turun 8,91 persen dan PT Mandom Indonesia Tbk (TCID) minus 5,88 persen.

Di sektor manufaktur, saham yang paling melemah adalah PT Alumindo Light Metal Industry Tbk (ALMI) sebesar 9,83 persen dan PT Lionmesh Prima Tbk (LMSH) negatif 9,76 persen.

Dari Asia, mayoritas indeks saham bervariasi. Kondisi itu ditunjukkan oleh indeks indeks Kospi di Korsel yang menguat sebesar 0,88 persen dan indeks Hang Seng di Hong Kong yang terapresiasi sebesar 0,18 persen, sedangkan indeks Straits Times di Singapura turun sebesar 0,49 persen.

Sore ini, mayoritas indeks saham di Eropa melemah sejak dibuka tadi siang. Indeks FTSE100 di Inggris turun 1,79 persen, DAX di Jerman yang melemah 1,56 persen, dan CAC di Perancis yang terkoreksi 2,08 persen. (ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER