Keputusan Pengembangan Blok Masela Ditentukan 10 Oktober

Diemas Kresna Duta | CNN Indonesia
Rabu, 23 Sep 2015 15:44 WIB
Kementerian ESDM lebih memilih meneruskan rencana pengembangan Blok Masela dengan fasilitas pengolahan gas alam cair terapung.
Dirjen Migas Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja. (CNN Indonesia/Gentur Putro Jati).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bakal menggelar kajian yang mendalam terkait pengembangan Lapangan Abadi, Blok Masela yang terletak di Maluku Selatan, Jumat esok (25/9).

Kajian dilakukan untuk menentukan opsi yang akan diambil dalam membangun fasilitas pengolahan gas alam cair terapung atau floating liquefied natural gas (FLNG) yang diajukan oleh Inpex Masela Ltd. Sementara keputusan final akan dibuat pemerintah pada 10 Oktober 2015.

"Dalam workshop semua aspek akan dibahas. Mulai dari keekonomian, sampai pada paramater perpanjangan (kontrak) juga akan dibahas," ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) I Gusti Nyoman Wiratmaja di Jakarta, Rabu (23/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti yang diketahui, dua pekan lalu Inpex telah menyodorkan revisi atas rencana pengembangan (plan of development) Lapangan Abadi berikut pembangunan FLNG dari kapasitas 2,5 million ton per annum (MTPA) menjadi 7,5 MTPA ke meja Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

Akan tetapi, di tengah pembahasan tersebut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mendesak Menteri ESDM Sudirman Said untuk mengevaluasi opsi pembangunan fasilitas pengolahan LNG di darat atau Land Based LNG di pulau Aru, Maluku.

Kementerian ESDM kemudian menegaskan bahwa keputusan mengenai pengembangan Blok Masela berada di tangan Menteri Sudirman.

"Karena sesuai Undang-Undang yang mempunyai kewenangan penuh untuk kelanjutan blok Masela adalah Menteri ESDM. Baik secara UU, PP atau peraturan lain. Domainnya adalah Menteri ESDM," ujar Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Teguh Pamudji.

Perbedaan Angka

Di tengah polemik mengenai adanya dua opsi pembangunan fasilitas pengolahan LNG di Blok Masela, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan pengembangan FLNG jauh lebih murah ketimbang konsep yang disodorkan Menko Rizal.

Amien menghitung, total dana yang dibutuhkan untuk membangun FLNG hanya mencapai US$ 14,8 miliar, atau lebih murah US$ 4,5 miliar dari total pembangunan LNG di darat yang ditaksir mencapai US$ 19,3 miliar.

Ini mengingat pada konsep FLNG tidak menggunakan pipa gas penghubung ke Pulau Aru yang sedianya menjadi lokasi dari pembangunan Land Based LNG. Tak ayal, Amien pun lebih condong memilih FLNG ketimbang Land Based LNG.

Padahal sebelumnya, Menko Rizal menyebut total investasi untuk pembangunan Land Based LNG hanya mencapai US$ 14,6 miliar sementara FLNG mencapai US$ 19,3 miliar.

"Soal perbedaan angka, mungkin pak Rizal punya analisa sendiri," ujar Amien.

Molor 5 Tahun

Menyusul adanya revisi mengenai kapasitas pengolahan LNG yang kini ditargetkan mencapai 7,5 MTPA, Sektretaris SKK Migas M. Zikrullah memprediksi proyek Lapangan Abadi baru akan berproduksi pada 2024. Sebelumnya, kata Zikrullah dengan kapasitas 2,5 MTPA proyek FLNG ditargetkan bisa rampung pada medio 2019.

"Kalau pengolahan yang di darat mungkin akan lebih lama lagi karena harus buat kajian baru lagi kan," tuturnya.

Asal tahu, Blok Masela merupakan salah satu Wilayah Kerja Migas yang terletak di Maluku Selatan. Saat ini, hak partisipasi blok tersebut dimiliki Inpex mencapai 65 persen dan Shell Corporation Ltd sebesar 35 persen. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER