Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengaku masih perlu mengevaluasi harga jual beberapa produk bahan bakar minyak (BBM) meski tren pelemahan harga jual minyak dunia berlanjut hingga menyentuh level US$ 46 hingga US$ 48 per barel.
IGN Wiratmaja Puja, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM meminta masyarakat bersabar untuk bisa menikmati harga jual BBM yang lebih rendah mengingat pemerintah masih perlu melakukan evaluasi di penghujung bulan ini.
"Sabar dulu ya. Sekarang kan masih tanggal 23," kata Wiratmaja di kantor Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Rabu (23/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto membuka peluang penurunan harga jual BBM dalam waktu dekat. Pertimbangan Dwi pada waktu itu adalah pergerakan harg aminyak mentah yang mulai stabil di kisaran US$ 40 per barel.
"Kalau harga minyaknya sudah sekitar US$ 40 per barel,
cost of production-nya bisa lebih murah. Nanti tentu saja akan dibicarakan dengan Kementerian ESDM," tutur Dwi.
Fahmi Radhi, Mantan Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas pernah meminta pemerintah menurunkan harga BBM lantaran saat ini nilai keekonomiannya sudah berada di bawah harga jual di Stasiun Pengisiam Bahan Bakar Umum (SPBU).
Pengamat energi dari Universitas Gajah Mada ini menilai alasan pemerintah keliru jika menolak penurunan harga BBM demi untuk menutup kerugian Pertamina.
"Karena kerugian itu bukan semata-mata karena menalangi, tetapi lebih karena kesalahan inventory management. Misal keputusan membeli BBM saat harga mahal tanpa melakukan analisa pasar," tuturnya.
(ags)