Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih mendapat tekanan setelah pelemahan tajam dalam perdagangan sebelumnya karena faktor eksternal dan ambruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Kepala Riset PT NH Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan pada perdagangan Jumat (25/9) IHSG diperkirakan berada pada rentang
support 4.230-4.235 dan resisten 4.278-4.310. Menurutnya laju IHSG sebelumnya di bawah area target
support 4.348-4.365 dan gagal mendekati target resisten 4.368-4.395.
“Penurunan tajam yang terjadi selain merespon kondisi yang ada di mana belum adanya sentimen positif juga ingin menutup utang
gap yang sebelumnya kurang sempurna,” ujarnya dalam riset, Kamis (24/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, pada akhir Agustus tercipta utang gap di level 4.237-4.295. Menurutnya pelemahan pada awal September hanya menutup utang
gap 4.269-4.295, sehingga masih kurang di level 4.237-4.269 yang kemungkinan akan ditutup saat-saat ini.
Reza mengaku kekhawatirannya akan potensi pelemahan terjadi setelah IHSG akhirnya melanjutkan pergerakan turun. Menurutnya pelaku pasar masih melakukan aksi jual dan bahkan lebih besar dibandingkan sehari sebelumnya.
“Maraknya berita negatif, mulai dari masih adanya imbas pemangkasan ekonomi Indonesia oleh ADB dari 5,5 persen menjadi 4,9 persen; melemahnya sejumlah harga komoditas; kembali
downtrend nya laju bursa saham AS dan Eropa; hingga kembali melemahnya laju rupiah sebagai imbas penguatan laju dolar AS yang dipicu pelemahan laju harga komoditas,” jelasnya.
Tidak hanya itu, ia menilai aksi Bank Indonesia yang ikut memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 juga menjadi sentimen negatif sehingga membuat pelaku pasar panik dan cenderung melakukan aksi jual.
“Saham-saham pun mayoritas terkena badai tekanan jual sehingga wajar terjadi membuat IHSG terempas lebih dari 1,5 persen,” ujarnya.
Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan bursa saham di Asia ditutup mayoritas anjlok dipimpin oleh Indeks saham di China pasca rilisnya data survei Manufakturing PMI yang melambat hingga terendah 6 tahun terakhir berkontraksi dengan ekspetasi.
“Investor semakin khawatir terhadap pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut,” ujarnya.
Lanjar menilai investor cenderung memperhatikan sentimen dari regional diakhir bulan disaat minimnya sentimen dalam negeri. Sebelumnya, mata uang rupiah terus terdepresiasi hingga menembus level 14.650 per dolar AS, membuat aksi net sell asing kembali tak terbendung.
“Secara teknikal IHSG terkonfirmasi
break out lower bound Triangle dengan
open gap down. Indikator Stochastic bergerak tertekan dengan momentum RSI yang berbalik bearish. IHSG diprediksi masih bergerak terkonsolidasi tertekan dengan
range pergerakan 4.175-4.270,” jelasnya.
(gen)