Pertamina Butuh Rp24 Triliun Hingga 2025 Buat Tambah Stok BBM

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Jumat, 25 Sep 2015 17:27 WIB
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli memperkirakan penambahan cadangan oeprasional BBM bakal membengkak menjadi US$2,4 miliar atau Rp35,29 triliun
Proses pengisian mobil tanki di Depot LPG Pertamina, Tanjung Priok, Jakarta. (CNN INdonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) menyatakan hanya membutuhkan dana hingga US$ 1,63 miliar atau hampir Rp24 triliun guna menambah cadangan operasional bahan bakar minyak hingga 2025.

Pernyataan itu sekaligus menepis tudingan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli yang mengatakan bahwa proyek tersebut memakan dana hingga US$2,4 miliar atau Rp35,29 triliun (asumsi kurs Rp14.708/US$).

Sebelumnya, Rizal menolak rencana penambahan cadangan bahan bakar minyak (BBM) tersebut karena dinilai tidak terlalu mendesak. Padahal, cadangan BBM Indonesia termasuk yang terendah dibandingkan dengan negara lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro menjelaskan, rencana penambahan cadangan operasional BBM antara lain dilakukan melalui peningkatan volume fasilitas penyimpanan (storage) BBM hingga 30 hari dan pipanisasi BBM sepanjang 2.239 kilometer (km).

“Untuk cadangan operasional BBM 30 hari dibutuhkan storage hingga 7,02 juta kiloliter. Sementara untuk pipanisasi dibutuhkan mencapai panjang 2.239 kilometer,” ujarnya di kantor Pertamina, Jumat (25/9).

Ia merinci, untuk peningkatan kapasitas storage BBM menjadi 30 hari, dibutuhkan penambahan hingga 3,06 juta kiloliter (kl). Pasalnya, storage BBM yang existing hingga saat ini baru mencapai 3,96 kl.

Sementara untuk pipanisasi BBM, Wianda menyatakan hingga saat ini baru mencapai panjang 1.283 kilometer. Artinya masih dibutuhkan pipanisasi sepanjang 956 kilometer lagi untuk mencapai target.

“Estimasi investasi yang dibutuhkan untuk peningkatan storage BBM senilai US$ 1,23 miliar. Sementara untuk pipanisasi dibutuhkan US$ 400 juta. Jadi totalnya senilai US$ 1,63 miliar,” jelas Wianda.

Untuk itu, Wianda menyatakan saat ini perseroan tengah melakukan pembangunan terminal BBM di tiga tempat, yakni di pulau Sambu dengan kapasitas 150 ribu kl, Tanjung Uban sebesar 200 ribu kl, dan di Tuban sebanyak 50 ribu kl. Pembangunan terminal BBM di tiga wilayah tersebut ditargetkan rampung pada 2016.

“RJPP (Rencana Jangka Panjang Perseroan) pada saat ini hanya untuk mempertahankan kehandalan stok sesuai dengan kondisi saat ini atau coverage days sekitar 22 hari,” jelasnya.

Wianda membandingkan, hampir semua negara tetangga Indonesia memiliki cadangan operasional BBM yang lebih tinggi. Singapura memiliki cadangan hingga 50 hari, Thailand 43 hari, Vietnam 47 hari, dan Filipina 30 hari.

Tidak hanya itu saja, Wianda juga menyatakan adanya kebutuhan cadangan penyangga energi (CPE) selain cadangan operasional. Pasalnya, ketergantungan impor energi semakin meningkat, akibat naiknya konsumsi BBM dalam negeri tidak sejalan dengan produksi minyak bumi yang menurun.

“CPE untuk jaminan ketahanan energi berperan sebagai the last resort dalam mengatasi kekurangan pasokan energi apabila terjadi krisis dan darurat energi,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menyatakan CPE berguna untuk menjaga stabilitas pasokan energi dalam negeri pada saat terjadi gangguan dari dalam maupun luar negeri. Menurutnya, CPE juga sebagai bagian dari posisi tawar Indonesia dalam proses bisnis perdagangan energi antarnegara. (ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER