Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menilai kesepakatan target cukai hasil tembakau yang ditetapkan pemerintah bersama Panitia Kerja Badan Anggaran DPR sebesar Rp 142,7 triliun tidak realistis. Menurut Ketua Komisi XI Fadel Muhammad, target sebesar itu sangat memberatkan industri rokok.
“Seharusnya fokus saat ini adalah untuk menyelamatkan industri agar tidak terjadi PHK besar-besaran," kata Fadel, kemarin.
Salah satu poin yang menjadi pertimbangan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan tersebut dalam menilai target Rp 142,7 triliun tidak realistis adalah perlambatan ekonomi yang terjadi saat ini. Menurut Fadel, jangan sampai industri terkena beban baru dengan kenaikan cukai tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk itu kami akan fokus membahas masalah ini," katanya.
Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Rokok Putih Indonesia Muhaimin Mufti mengaku keberatan dengan kenaikan cukai yang tinggi.
Menurut Mufti, penyesuaian itu harus dilihat dari target riil di tahun 2015. "Di tahun ini, sampai Agustus, target yang tercapai baru Rp70 triliun sampai Rp75 triliun. Bila dihitung sampai akhir tahun paling tidak pencapaian menjadi Rp115 triliun,” jelasnya.
"Seperti telah kami sampaikan kepada Pemerintah dan Kementerian Keuangan RI dalam berbagai kesempatan, angka penerimaan cukai hasil tembakau 2016 yang realistis adalah sebesar Rp 129 triliun," katanya.
(gen)