Kemenkeu Pesimistis Penerimaan Bukan Pajak Tercapai

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Jumat, 09 Okt 2015 09:33 WIB
Kemenkeu pesimistis target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tercapai tahun ini. Harga minyak dan batu bara disebut sebagai biang kerok.
Kementerian Keuangan RI (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pesimistis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) akan mencapai target hingga akhir tahun. Pasalnya, dari target PNBP sebesar Rp269,1 triliun, pemerintah baru bisa memenuhi Rp188,4 triliun atau 70 persen per September tahun ini.

Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu, Askolani mengatakan kalau realisasi PNBP maksimal hanya bisa mencapai 95 persen hingga akhir tahun. Ia beralasan, turunnya harga minyak dunia dan rendahnya produktivitas batu bara menjadi alasan utama.

"Jika beberapa bulan yang lalu kita optimistis, sekarang kita hanya bisa berharap dan memantau terus pergerakan harga minyak," kata Askolani di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis (8/10).
Pada awalnya pemerintah menetapkan asumsi harga minyak mentah (ICP) di angka US$60 per barrel. Namun ternyata saat ini harga ICP di kisaran US$40 - US$50 per barel. Kemenkeu sendiri memperkirakan harga ICP akan tetap berada di level US$51 hingga US$52 per barel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, data Direktorat Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan adanya penurunan harga ICP ke angka US$56,95 per barel sepanjang semester pertama tahun ini. Padahal sepanjang tahun 2014 rata-rata harga ICP sebesar US$96,5 per barel.

"Kemudian angka itu diperparah dengan lifting minyak yang juga jauh dari asumsi. Saat ini, realisasi lifting minyak adalah 755 ribu barel per hari padahal asumsi awal kita 825 ribu barel per hari. Karenanya, kami berharap ladang minyak Cepu bisa menambah produksinya untuk saat ini," katanya.

Akibat kombinasi hal tersebut, PNBP dari sektor migas hanya mencapai Rp82,6 triliun, atau 69,5 persen dari target tahun ini sebesar Rp118,9 triliun. Padahal, penerimaan dari sektor migas diharapkan bisa menjadi penyumbang PNBP tertinggi, yaitu sebesar 43,84 persen dari angka target realisasi akhir tahun.

Selain karena sektor migas yang lesu, penerimaan batu bara juga tak bisa diharapkan seiring harga batu bara yang ikut melemah. Tercatat, harga batu bara acuan (HBA) periode September 2015 berada di level US$58,21 per ton, padahal HBA di awal tahun mencapai US$63,84.

"Akibatnya kita tidak bisa berharap banyak dari penerimaan royalti Izin Usaha Pertambangan (IUP). PNBP pertambangan mineral dan batu bara (minerba) kita saat ini hanya sebesar Rp16,1 triliun padahal target akhir tahun kita sebesar Rp31,7 triliun," ujarnya.

Kendati pesimistis akan target minerba, Askolasi menjelaskan kalau setidaknya pendapatan dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tetap bisa mencapai target melihat realisasinya yang sebesar Rp35,1 triliun, atau 94,9 persen dari target yang mencapai Rp37 triliun.

"Kami lihat banyak BUMN yang sudah menunjukkan kinerja positif. Jadi kami yakin hingga akhir tahun realisasi dari dividen BUMN saja yang kami rasa paling meyakinkan. Sehingga untuk tahun depan, kita akan menerapkan payout ratio yang tetap," kata Askolani (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER