Ekonomi China Stabil di Akhir Tahun Asal Pangkas Suku Bunga

CNN Indonesia
Senin, 19 Okt 2015 15:44 WIB
Ekonom dunia yang disurvei Reuters menilai pemangkasan suku bunga bank sentral China diharapkan bisa membantu pemerintahnya mempertahankan pertumbuhan ekonomi.
Ekonom dunia yang disurvei Reuters menilai pemangkasan suku bunga bank sentral China diharapkan bisa membantu pemerintahnya mempertahankan pertumbuhan ekonomi. (REUTERS/Petar Kujundzic).
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah China dinilai bisa mempertahankan angka pertumbuhan ekonomi di kuartal IV sebesar 6,8-6,9 persen asalkan bank sentral bersedia memotong suku bunga sebesar 25 basis poin, serta menurunkan lagi jumlah cadangan devisa.

Survei terakhir Reuters menunjukkan syarat tersebut menjadi harapan para ekonom yang menilai ekonomi China masih bisa bertahan di angka tersebut sebelum turun lagi menjadi 6,7 persen pada kuartal I 2016.

Sementara kelompok ekonom lain yang menjadi responden Reuters berpendapat peningkatan belanja fiskal bisa lebih efektif dalam mengangkat pertumbuhan ekonomi seperti yang sudah dilakukan pemerintah China saat ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Pemerintah telah mempercepat pengeluaran pada infrastruktur dan mengurangi pembatasan pada sektor properti yang lemah. Kebijakan itu berhasil menghidupkan kembali penjualan rumah yang melemah tapi belum mengubah penurunan tajam dalam sektor konstruksi,” bunyi kesimpulan survei Reuters, dikutip Senin (19/10).

Selain mengusulkan pemangkasan suku bunga bank sentral dan mengurangi cadangan devisa, sejumlah ekonom justru meragukan validitas data yang diterbitkan pemerintah China. Beberapa pengamat pasar percaya pertumbuhan saat ini jauh lebih lemah dari pernyataan pemerintah.

Beberapa ekonom menduga apabila pemerintah China menerbitkan data statistik yang asli, maka hal tersebut bisa semakin melemahkan pertumbuhan di sektor konsumsi dan sektor lain.

China merupakan entitas ekonomi terbesar kedua di dunia, yang pada kuartal III 2015 mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi menjadi 6,9 persen dibandingkan realisasi kuartal II 2015 sebesar 7 persen. Pertumbuhan ekonomi kuartal III tersebut merupakan yang terendah sejak 2009 di mana China sempat membukukan pertumbuhan ekonomi hanya 6,2 persen.

Pengamat ekonomi menilai awal dari penurunan ekonomi disebabkan investor di bursa Shanghai Tiongkok, dilanda kepanikan jual. Akibatnya, bursa Shanghai sempat rontok sampai 8 persen. Parahnya, kepanikan itu meluas hingga pasar bursa lain di Asia, padahal ekonomi China memberi pengaruh terhadap sepertiga dari pertumbuhan ekonomi global dalam tujuh tahun terakhir.

"Tekanan lanjutan dari real estate dan ekspor disebabkan Produk Domestik Bruto (PDB) turun menjadi 6,9 persen. Kami pikir pertumbuhan secara keseluruhan akan membaik pada 2016. Dalam kondisi seperti ini kami berharap adanya langkah-langkah moneter dan fiskal yang lebih bertahap,” ujar Louis Kuijs, analis Oxford Economics di Hong Kong.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER