Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Rusia membuka pintu bagi Indonesia untuk menjajakan produk-produk hasil perikanan di Negeri Beruang Merah.
Hal ini merupakan salah satu poin pembahasan antara Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti dengan Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Y. Galuzin di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Rabu (21/10).
Dirjen Perikanan Tangkap KKP Narmoko Prasmadji mengatakan kesempatan tersebut diberikan oleh Rusia, karena saat ini negara tersebut tengah menerapkan embargo impor makanan dari Uni Eropa, Amerika Serikat, dan sejumlah negara Barat lainnya, sebagai balasan atas sanksi terkait Ukraina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini menarik, kata Narmoko, pasalnya otoritas pengawasan produk perikanan Federasi Rusia pernah melarang ekspor produk perikanan asal Indonesia masuk negaranya.
Larangan tersebut telah berlangsung lebih dari satu tahun dan pertama kali diterapkan 1 Juli 2013. Hal itu akibat dugaan pencemaran radioaktif dan arsenik yang terdapat dalam kandungan ikan di wilayah perairan Indonesia.
"Rusia kemarin sempat suspend setahun alasannya mengenai kandungan logam berat tapi sudah dicabut," ujar Narmoko.
Menteri Susi mengatakan KKP tidak akan membuang kesempatan ini begitu saja. Bahkan, ia berani menargetkan kenaikan volume ekspor hasil perikanan 10 kali lipat dari biasanya.
Setidaknya ada tiga produk utama yang diminati di Rusia yakni, Udang, minyak ikan dan tuna.
"Kita akan memanfaatkan, dia kan lagi kena sanksi. Kalau ada pungutan tarif apapun terhadap ikan Indonesia dia janji bebaskan. Tarif masuk ke Rusia masih nol," kata Susi.
Sejak keran ekspor dibuka, nilai ekspor Indonesia ke Rusia hingga akhir tahun lalu melonjak sekitar US$ 15-20 juta. Jumlah tersebut naik signifikan bila dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar US$ 5 juta.