Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan Rusia tergiur berinvestasi di sektor transportasi Indonesia. Beberapa sektor yang diminati negara Beruang Merah itu antara lain di sektor perkeretaapian, perkapalan, hingga dirgantara. Salah satunya proyek kereta api yang akan digarap Borneo Railways senilai US$ 2,5 miliar di Kalimantan.
Saleh menambahkan hal ini disampaikan langsung oleh delegasi Rusia yang dipimpin oleh Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin pada akhir pekan lalu. Menanggapi hal itu, ia mengatakan kalau peluang kerjasama sangat terbuka lebar bagi kedua negara.
"Peluang kerjasama ini cukup besar apalagi jika melihat nilai total perdagangan mencapai nilai US$ 2,6 miliar pada tahun 2014. Baik Indonesia maupun Rusia memiliki kesamaan, yaitu punya wilayah yang luas dan sumber daya alam melimpah serta pertumbuhan ekonomi yang pesat," terang Saleh melalui keterangan pers, dikutip Senin (26/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan menurutnya, Rusia sudah mengidentifikasi investasi yang akan dibidik dengan sangat detil. Contohnya adalah proyek pembangunan kereta api di Kalimantan, yang rencananya akan dibangun oleh Borneo Railways sepanjang 198 kilometer. Seperti yang pernah diberitakan sebelumnya, proyek ini rencananya akan menelan dana US$ 2,5 miliar.
Pesawat dan Kapal Laut
Dikatakan Saleh, Rusia pun tertarik untuk ikut mengembangkan pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia. Mereka juga mengincar penanaman modal di sektor penggantian kapal-kapal tua, mengingat saat ini terdapat 15 ribu kapal termasuk penangkap ikan di Indonesia, yang telah berusia 30 tahun ke atas.
"Rusia tertarik ke bisnis galangan untuk replacement kapal tua, mereka juga menawarkan teknologi pemetaan posisi ikan berbasis satelit. Ini dapat menjawab keluhan rekan-rekan nelayan yang kesulitan melacak ikan dengan presisi," kata Direktur Industri Alat Transportasi Darat, Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Soerjono di kesempatan yang sama.
Melihat banyaknya minat yang disampaikan Rusia, Kemenperin yakin hal ini akan berdampak baik bagi industri nasional. "Kerjasama perusahaan kita dan Rusia di industri manufaktur akan memperkuat peran kita di jaringan suplai global. Kemitraan ini membuka akses lebih luas di pasar komoditas dan investasi dunia," kata Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Achmad Sigit.
Sebelumnya, Duta Besar Republik Indonesia bagi Federasi Rusia dan Belarusia Djauhari Oratmangun mengatakan realisasi investasi dua smelter milik Rusia akan dilakukan pada tahun ini.
Kedua pembangunan smelter tersebut adalah smelter bauksit menjadi aluminium di Kalimantan Barat yang dilakukan oleh The Russian Aluminium (Rusal) dengan nilai investasi sebesar US$ 6 miliar yang pembelanjaanya akan dilakukan secara bertahap. Selain itu, ia juga menyebutkan adanya pembangunan smelter nikel di Sulawesi oleh perusahaan bernama V Holding namun ia tak menyebutkan berapa nilai investasinya.
Lebih lanjut, ia mengatakan kalau Rusia berminat untuk menanamkan modal di bidang pariwisata berbentuk hotel bintang lima yang rencananya akan dibangun di Bintan, Kepulauan Riau dan Bali.
Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi asal Rusia mencapai nilai US$ 300 ribu sepanjang Januari hingga September 2015. Angka ini terbilang menurun 88 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dengan nilai US$ 2,5 juta.
(gen)