Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan energi asal Amerika Serikat (AS) Chevron Corporation berkomitmen melanjutkan megaproyek Indonesia Deepwater Development bernilai lebih dari US$ 12 miliar di Kalimantan Timur. Rencana tersebut disampaikan manajemen Chevron kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat melakukan kunjungan kerja ke AS, namun dengan diselipkan satu syarat yang harus dipenuhi pemerintah.
Dalam diskusi dengan Jokowi, Executive Vice President Upstream Chevron James Johnson menyampaikan empat poin terkait rencana investasi perusahaannya ke depan.
Pertama, Chevron menegaskan komitmennya untuk terus berinvestasi dan mengembangkan bisnisnya di Indonesia yang telah dijalankan selama sembilan dasawarsa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, manajemen juga menjanjikan bakal mendorong pekerja Indonesia yang berkarya di Chevron untuk bisa bekerja di berbagai belahan dunia tempat Chevron beroperasi.
Saat ini, perusahaan penghasil minyak terbanyak di Indonesia itu mengklaim telah mempekerjakan 40 ribuan tenaga kerja di dalam negeri yang 97 persennya adalah putra-putri Indonesia.
Ketiga, manajemen Chevron juga berkomitmen akan melanjutkan megaproyek Indonesia Deepwater Development (IDD) atau pengeboran gas laut-dalam.
Meski begitu, Chevron masih menunggu waktu yang tepat untuk mengembangkan proyek IDD dengan memperhatikan situasi terkini harga minyak dunia. Atas dasar itu, dimungkinkan akan ada sejumlah kalkulasi-ulang menyangkut asumsi-asumsinya.
Sementera syarat yang diminta Chevron dan masuk ke dalam poin keempat, manejemen Chevron meminta pemerintah Indonesia memperjelas seperangkat regulasi di dalam pemanfaatan energi panas bumi (geothermal) untuk lebih menarik minat investasi.
Menanggapi hal itu, Jokowi berkomitmen akan mengakomodir investasi Chevron dengan terus memperbaiki beberapa regulasi yang menghambat, memberikan sejumlah fasilitas insentif fiskal hingga memudahkan mekanisme pembuatan izin.
“Pemerintah Indonesia akan terus mendorong upaya deregulasi melalui berbagai paket, antara lain dengan memberi kemudahan, insentif, dan penyederhanaan perizinan," kata Jokowi dalam keterangan resminya, Rabu (28/10).
Pada awal Oktober 2014, Chevron mengajukan surat penundaan pengembangan proyek laut dalam lapangan Gendalo dan Gehem ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Belakangan diketahui, keputusan untuk menunda proyek senilai US$ 12 miliar tersebut karena perusahaan minyak asal Amerika Serikat menemukan adanya cadangan baru di lapangan Gendalo dan Gehem, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur.
Atas dasar itu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) kemudian meminta Chevron merevisi ulang rencana pengembangan sumur alias plan of development (POD) yang sudah diajukan sejak 2008 silam.
Dalam POD awal yang diajukannya, proyek gas laut dalam Chevron diprediksi akan menghasilkan gas sebesar 1.270 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Dimana produksi tersebut berasal dari sejumlah blok yaitu Ganal, Rapak, dan Makassar Strait. Dari tiga blok itu, Chevron akan mengembangkan lima lapangan yakni Bangka, Gehem, Gendalo, Maha dan Gandang.
Dengan adanya penundaan ini, diprediksi kegiatan produksi gas baru bisa dimulai pada 2020 atau mundur dua tahun dari target sebelumnya di 2018.
Investasi GE US$ 1 MiliarSelain Chevron, perusahaan energi AS yang dipastikan akan terus menanamkan investasinya di Indonesia adalah General Electric (GE). Dalam diskusinya bersama Jokowi, Vice Chairman GE, John Rice kembali memastikan ihwal komitmen investasi senilai US$ 1 miliar yang akan ditanamkan perseroan untuk terus mendukung pembangunan di Indonesia.
Di mana cakupan investasi meliputi energi, transportasi, dan kesehatan.
"Kami bersemangat untuk menjadi bagian dari pertumbuhan dan pembangunan di Indonesia," tutur Rice.
Dari rencana investasinya di bidang energi, manajemen GE menyatakan bakal bekerja sama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk membangun pembangkit listrik
mobile.
Untuk tahap pertama, kapasitas pembangkit listrik tadi diproyeksi mencapai 500 Megawatt (MW). Ada pun perusahaan tersebut juga akan bekerja sama dengan perusahaan nasional swasta maupun badan usaha milik negara untuk membangun industri komponen ketenagalistrikan.
Sedangkan di bidang transportasi, bersama PT Kereta Api Indonesia (Persero) GE melakukan proyek peremajaan lokomotif. GE pun turut berkomitmen untuk PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dalam pemeliharaan mesin pesawat terbang.
Menyangkut bidang energi dan transportasi, Jokowi pun menekankan perlunya membangun industri berikut kemampuan dalam negeri agar dapat menghasilkan dampak ganda dan signifikan bagi pembangunan kapasitas nasional.
(gen)