Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Perhimpunan Bank Swasta Nasional, Sigit Pramono menilai kemudahan fasilitas kredit yang diberikan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) bukan lah faktor utama yang menentukan pertumbuhan sektor tersebut.
Melainkan, Sigit bilang faktor penunjang terhadap pertumbuhan sektor UMKM sangat dipengaruhi oleh eskalasi permintaan masyarakat atas kebutuhan produk UMKM.
"Jika mau mengedepankan UMKM dengan memberikan kredit, bukan itu solusinya. Masalah utama UMKM adalah kemampuan produksi dan
marketing. Jika kedua hal itu sudah berjalan dengan baik, maka ada keinginan bagi para pelaku UMKM," jelasnya di Jakarta, Kamis (29/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berangkat dari hal itu, kata Sigit sudah seyogyanya dengan keberadaan fasilitas kredit para pelaku UMKM juga diberikan edukasi dalam rangka menyalurkan hasil produksinya.
Selain dapat meningkatkan pendapatan UMKM, cetusnya upaya tersebut juga diyakini mampu meminimalisir angka kredit macet atau non performing loan (NPL) di sektor UMKM.
Dengan begitu, kinerja bank-bank yang memiliki portofolio utama di sektor UMKM pun turut terjaga.
"Kami memiliki filosofi
banks follow sectors. Jadi kalau mau mendorong pertumbuhan ekonomi, maka kebijakan terkait sektor riil dulu yang harus didorong. Sedangkan dari sektor perbankan, kita coba untuk fasilitasi saja," ujarnya.
Mengutip data Statistik Perbankan yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2015 lalu, besaran NPL sektor UMKM berada di angka 4,65 persen dengan total kredit bermasalah mencapai Rp 33 triliun dari total Rp 710,1 triliun kredit
outstanding UMKM.
Dengan adanya data ini, dapat disimpulkan bahwa besaran NPL mengalami peningkatan 0,42 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya di posisi 4,23 persen.
Kredit UMKM BRI MelambatDi kesempatan yang sama, Direktur Bisnis dan UKM PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kuswiyoto menambahkan angka pengajuan kredit UMKM juga dapat memperlihatkan kondisi ekonomi yang terjadi saat ini.
"Pendanaan bank itu mengikuti industri dan kondisi ekonomi. Makanya bisa kami bilang kalau kendala utama UMKM itu bukan di pendanaan," ujar Kuswiyoto.
Sebagai gambaran, pertumbuhan kredit UMKM BRI pada semester I tahun ini melambat secara
year-on-year dari 18,1 persen ke angka 15 persen di tahun ini.
Kuswiyoto mengatakan, perlambatan kredit UMKM BRI terjadi menyusul pelemahan pertumbuhan ekonomi dari angka 5,17 persen di semester I tahun lalu menuju 4,68 persen di periode yang sama tahun ini.
Meski begitu, secara keseluruhan kredit
outstanding UMKM per Agustus tahun ini mencapai Rp 710,1 triliun, meningkat 8,31 persen dari angka Rp 655,62 triliun.
Sementara sektor perdagangan besar dan eceran masih mendominasi penyaluran kredit UMKM, dengan proporsi 52,3 persen atau berkisar Rp 371,54 triliun.
(dim/ags)