Bank Mandiri Gantungkan Asa pada 5 Anak Usaha

CNN Indonesia
Kamis, 29 Okt 2015 20:16 WIB
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mengandalkan pada pendapatan berbasis komisi (fee-based income) pada kuartal IV 2015 karena lebih mudah dan tak berisiko.
Bank Mandiri Pusat Jakarta Pusat. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menargetkan sumbangan pendapatan dari seluruh anak usahanya sebesar Rp 2 triliun pada tahun ini. Target tersebut diyakini terlampaui mengingat lima anak perusahaan hingga September 2015 sudah menyumbang Rp 1,42 triliun.

Direktur Keuangan Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo mengatakan kelima anak usahanya hanya perlu menambah Rp 580 miliar lagi di isa tiga bulan terakhir jika ingin mencapai target.

"Kami lihat kinerja anak perusahaan sekarang sudah mulai membaik. Kami harapkan, kontribusi anak-anak usaha ini bisa sebesar 10 persen lebih pada pendapatan kami di akhir tahun," jelas Kartika di Jakarta, Kamis (29/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kontribusi anak usaha sebesar Rp 1,42 triliun itu berkontribusi 9,8 persen pada pendapatan bersih Bank Mandiri yang mencapai Rp 14,45 triliun selama Januari-Septemebr 2015. Pendapatan tersebut dihasilkan oleh lima anak usaha Bank Mandiri yaitu PT Bank Syariah Mandiri, PT Mandiri Sekuritas, PT AXA Mandiri, Bank Mandiri Taspen Pos, dan PT Mandiri Tunas Finance.

Kartika menambahkan, optimisme tersebut juga mempertimbangkan potensi tambahan pendapatan anak usaha setelah pada bulan ini perseroan mengakuisisi 80 persen saham PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia, dan mengubah namanya menjadi PT Mandiri InHealth. Hingga September 2015 yang lalu saja, pendapatan premi Mandiri InHealth sudah mencapai Rp 1,14 triliun.

"Tapi kami tetap memasang core kita di AXA Mandiri. Selain itu, MTF juga memperlihatkan kinerja yang membaik. Kami harap kontribusi dari multifinance dan asuransi ini bisa membantu mencapai target-target yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya," tuturnya.

Genjot Fee Based Income

Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin menambahkan, perseroan juga akan meningkatkan kinerja pendapatan berbasis komisi (fee-based income) sampai akhir tahun ini. Pasalnya, dengan kondisi ekonomi yang tak menentu, fee-based income dianggap mudah diperoleh dengan risiko yang juga lebih sedikit.

"Kondisi ekonomi seperti ini, fee based income lebih bermanfaat daripada cari non persuaded asset," jelasnya.

Kendati demikian, Budi memperkirakan fee-based income kuartal IV tak akan sebesar raihan kuartal III. Pasalnya, Bank Mandiri sempat mendapat keuntungan dari adanya pengetatan likuiditas pada bulan September dan Oktober.

Pada periode itu, jelasnya, Bank Mandiri banyak melakukan transaksi swap atas Dolar AS kepada bank-bank asing mengingat bank-bank itu kekurangan stok Rupiah akibat ketatnya likuiditas yang dilakukan oleh otoritas moneter.

Akibat hal itu, perusahaan mendapatkan tambahan penerimaan valuta asing sebesar Rp 60 miliar quarter-to-quarter (qtq), dari Rp 473 miliar di kuartal II ke Rp 533 miliar pada kuartal III. Angka penerimaan pada kuartal III tersebut mengambil porsi 10,41 persen dari total fee-based income sebesar Rp 5,12 triliun.

"Fee-based income tumbuh tinggi karena kita melakukan transaksi swap pada kuartal III lalu. Kedepannya bagaimana, kami belum Tahu. Tergantung market. Jika faktor likuiditas dan volatilitas mata uang masih mendukung, kita bisa dapat fee based income yang lebih besar," terangnya.

Hingga kuartal III, fee-based income perusahaan juga paling besar disumbang dari biaya administrasi sebesar Rp 805 triliun, transaksi ritel sebesar Rp 480 miliar, dan kartu kredit sebesar Rp 386 miliar.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER