Faisal Basri: Tarif Tol Tak Perlu Naik, Operator Sudah Untung

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Senin, 02 Nov 2015 10:22 WIB
Bagi Faisal Basri, operator jalan tol tidak dalam posisi terdesak atau rugi sehingga pemerintah dinilai tidak bijak membebani masyarakat dengan menaikkan tarif.
Bagi Faisal Basri, operator jalan tol tidak dalam posisi terdesak atau rugi sehingga pemerintah dinilai tidak bijak membebani masyarakat dengan menaikkan tarif. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A).
Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri mengkritik kebijakan pemerintah yang mengizinkan operator 15 ruas tol di Indonesia menaikkan tarif rata-rata Rp 1.166 per kendaraan yang melintas mulai 1 November 2015. Bagi Faisal, operator jalan tol tidak dalam posisi terdesak atau merugi sehingga pemerintah dinilai tidak bijak membebani masyarakat di tengah daya beli yang rendah dengan kenaikan tersebut.

Faisal mengakui untuk menarik investasi keluar dari dompet operator untuk membangun jalan tol, pemerintah menjamin kenaikan tarif setiap dua tahun. Namun, ia menyebut pemerintah gegabah dengan hanya memperhitungkan kenaikan ongkos operasional yang harus ditutupi dengan naiknya tarif.

“Bukankah yang harus diperhitungkan juga adalah sisi pendapatan pengusaha jalan tol? Pengusaha tertarik membangun dan mengoperasikan jalan tol karena iming-iming laba,” kata Faisal dalam riset, dikutip Senin (2/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu metode yang umum digunakan suatu perusahaan dalam menghitung layak atau tidaknya suatu proyek dikerjakan adalah net present value (NPV). Ia menyebut jika NPV lebih besar dari nol, proyek menjadi layak dikerjakan atau feasible karena mendatangkan laba.

“Dalam perhitungan NPV, dibuatlah asumsi jumlah kendaraan yang masuk jalan tol dan tarifnya untuk setiap jenis kendaraan.
Seharusnya, pemerintah membandingkan antara asumsi jumlah kendaraan yang masuk tol dalam feasibility study dengan kenyataan,” kata Faisal.

Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi (Migas) meyakini bahwa asumsi jumlah kendaraan yang disebutkan dalam dokumen studi kelayakan, lebih rendah dari kenyataan saat ini karena pertumbuhan jumlah kendaraan.

“Salah satu indikasinya adalah kemacetan yang kerap terjadi di jalan tol,” tegas Faisal.

Jika menengok laporan keuangan kuartal III 2015 PT Jasa Marga Tbk yang 15 ruas tol kelolaannya mengalami kenaikan tarif mulai Minggu (1/11) kemarin, terlihat bahwa badan usaha milik negara (BUMN) tersebut mengantongi laba bersih Rp 960,92 mmiliar.

Angkanya memang sedikit turun, tepatnya minus 9,38 persen dibandingkan kuartal III 2014 yang menorehkan laba bersih Rp 1,06 triliun.

Namun, pendapatan tol Jasa Marga tercatat naik signifikan menjadi Rp 5,13 triliun dari periode yang sama di 2014 sebesar Rp 4,84 triliun. Jasa Marga justru diketahui gagal meningkatkan pemasukan dari dua pos pendapatan lainnya yaitu pendapatan konstruksi yang anjlok 45,47 persen menjadi Rp 787,96 miliar dan pendapatan usaha lainnya turun 10,82 persen menjadi Rp 340,52 miliar.

Berikut rincian kenaikan tarif tol di 15 ruas di Indonesia dalam rupiah:

1. Tol Jakarta Bogor Ciawi Rp 8.000 menjadi Rp 8.500
2. Tol Jakarta Tangerang Rp 5.000 menjadi Rp 5.500
3. Jalam Tol Dalam Kota Jakarta Rp 8.000 menjadi Rp 9.000
4. Tol Lingkar Luar Jakarta Rp 8.000 menjadi Rp 8.500
5. Tol Padalarang Cileunyi Rp 8.000 menjadi Rp 8.500
6. Tol Semarang Seksi ABC Rp 2.000 menjadi Rp 2.500
7. Surabaya Gempol Rp 4.000 menjadi 4.500
8. Palimanan Plumbon Rp Kanci 5.000 menjadi Rp 5.500
9 Cipularang 34.000 Rp menjadi Rp 37.500
10 Belawan - Medan - Tanjung Morawa Rp 6.000 menjadi Rp 7.000
11 Serpong Pondok Aren Rp 5.000 menjadi Rp 6.000
12 Ujung Pandang tahap 1 dan tahap 2 Rp 3.000 menjadi Rp 3.500
13 Pondok Aren - Ulujami Rp 2.500 menjadi Rp 3.000
14. Tol Bali Mandara Rp 10.000 menjadi Rp 11.000
15. Tangerang - Merak Rp 36.000 menjadi Rp 41.500 (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER