Sampai September, BRI Paling Banyak Salurkan Kredit Perikanan

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Selasa, 03 Nov 2015 19:50 WIB
BRI berhasil menyalurkan Rp 2,9 triliun dari target Rp 2,5 triliun, disusul BTPN sebesar Rp 221,99 miliar dari target awal Rp 50 miliar.
BRI berhasil menyalurkan Rp 2,9 triliun dari target Rp 2,5 triliun, disusul BTPN sebesar Rp 221,99 miliar dari target awal Rp 50 miliar. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari).
Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan sepanjang Januari-September 2015 realisasi penyaluran kredit baru (gross) oleh delapan bank ke sektor kelautan dan perikanan (KP) mencapai Rp 4,41 triliun. Delapan bank tersebut merupakan bank rekanan OJK dalam menjalankan program Jangkau, Sinergi, dan Guideline (Jaring) yang dirilis tahun ini.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan 1 OJK Mulia Siregar menyebutkan delapan bank tersebut adalah PT Bank Rakyat Indonenesia Tbk. (BRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BNI), PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. (BTPN), PT Bank Danamon Indonesia Tbk., PT Bank Permata Tbk, PT Bank Bukopin Tbk., dan PT BPD Sulselbar.

Menurut Mulia, capaian tersebut merupakan 82,09 persen dari target agregat kredit baru ke delapan Bank Partner Jaring tahun ini yang mencapai Rp 5,37 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Beberapa bank yang telah mencapai dan melebihi target kredit gross adalah BRI, BTPN, dan BPD Sulselbar,” tutur Mulia, Selasa (3/11).

Tercatat, dalam sembilan bulan pertama, BRI telah menyalurkan kredit baru ke sektor KP sebesar Rp 2,9 triliun atau 116,76 persen dari target tahun ini Rp 2,5 triliun. Berikutnya kredit baru sektor KP BTPN telah melampaui target lebih dari empat kali empat, dengan realisasi Rp 221,99 miliar dari target awal Rp 50 miliar. Sementara BPD Sulselbar telah menyalurkan kredit baru ke sektor KP sebesar Rp 32,9 miliar dari target awal Rp 13 miliar.

Capaian tiga bank tersebut tidak diikuti oleh lima bank partner lainnya. Sampai akhir kuartal III 2015, realisasi kredit baru Bank Mandiri ke sektor KP hanya mencapai 49,92 persen dari target Rp 1,2 triliun. Berikutnya, BNI baru mencapai 39,39 persen dari target Rp 1 triliun; Bank Danamon mencapai 35,77 persen dari target Rp 300 miliar; Bank Permata mencapai 27,78 persen dari target Rp 80 miliar, dan Bank Bukopin mencapai 77 persen dari target Rp 81 miliar.

Selain delapan bank pelopor tersebut, saat ini terdapat penambahan lima Bank Partner baru yang ikut bergabung dengan program Jaring yaitu PT BCA Tbk., PT Bank Maybank Indonesia Tbk., PT Bank CIMB Niaga, PT Bank Sinarmas, Tbk dan PT BPD Jawa Timur.

“Keikutsertaan beberapa bank partner yang baru ini sejalan dengan target jangka menengah-panjang mulai tahun 2016,antara lain memperlus pembiayaan ke seluruh sektor maritim, antara lain mencakup jasa kelautan, transportasi laut, bangunan kelautan, dan industri maritim,” ujarnya.

Selain dari perbankan, lanjut Mulia, komitmen meningkatkan pembiayaan untuk sektor KP juga diperoleh dari Industri Keuangan Non Bank )IKNB) melalui konsorsium Perusahaan Pembiayaan, Asuransi Jiwa, Asuransi Umum dan Penjaminan.

Adapun total pembiayaan ke delapan bank dan konsorsium IKNB pada sektor KP pada akhir tahun lalu mencapai Rp 10,8 triliun. Sementara komitmen pertumbuhan pembiayaan baru ke sektor KP sampai dengan Desember 2015 adalah Rp 7,2 triliun atau 66,2 persen dari total pembiayaan tahun lalu.

“Insya Allah angka Rp 7,2 triliun bisa kita capai,” tutur Mulia.

Potensi Besar

Ditemui di tempat yang sama, Ketua Program Jaring OJK Slamet Edy Purnomo menilai potensi kredit ke sektor KP masih terbuka lebar. Secara umum pertumbuhan kredit ke sektor KP hingga September 2015 dibandingkan akhir tahun lalu mencapai 12,4 persen dengan total kredit yang disalurkan mencapai Rp 20,2 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit perbankan nasional yang hanya mencapai 7,68 persen.

Kredit dominan disalurkan ke sub sektor pemasaran sebesar Rp 6,1 triliun, pengolahan dan jasa produksi sebesar Rp 5,7 triliun, hulu penangkapan sebesar Rp 4,2 triliun, budidaya sekitar Rp 3,3 triliun, dan hulu pengolahan sebesar Rp 778 miliar.

Dari sisi rasio pinjaman gagal bayar (non performance loan/NPL), kredit ke sektor KP per akhir September 2015 sebesar 2,13 persen dari total kredit yang disalurkan. Angka itu lebih rendah dari NPL total perbankan nasional yang mencapai 2,71 persen.

“NPL yang paling rendah di kredit pengolahan dan jasa produksi yang cuma 0,29 persen,” tutur Slamet. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER