Jakarta, CNN Indonesia -- Optimisme pelaku bisnis terhadap perekonomian nasional meningkat pada kuartal III 2015. Namun, optimisme tersebut menyusut untuk proyeksi tiga bulan terakhir tahun ini.
Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI) terhadap 3.981 perusahaan besar dan sedang, dihasilkan Indeks Tendensi Bisnis (ITB) sebesar 106,54 pada kuartal III 2015. Indeks tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan ITB kuartal II 2015 yang sebesar 105,46.
Dalam keterangan resminya, BPS menjelaskan peningkatan kondisi bisnis pada triwulan III 2015 terjadi pada sebagian besar lapangan usaha, kecuali industri pengolahan, pertambangan, serta sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peningkatan tertinggi terjadi pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan, sedangkan peningkatan kondisi bisnis terendah terjadi pada lapangan usaha real estat .
Membaiknya kondisi bisnis pada periode Juli-September 2015 karena adanya peningkatan pendapatan usaha dan kapasitas produksi, serta rata-rata jumlah jam kerja.
Sektor Tambang SuramBPS mencatat ITB di lapangan usaha pertambangan dan penggalian selama kuartal III mencapai 96,57. Angka itu menunjukkan pesimistis pelaku bisnis di sektor tersebut karena nilai ITB berada di bawah garis optimis 100.
Namun jika dilihat secara kuartalan, ITB lapangan usaha pertambangan dan penggalian meningkat secara bertahap namun tetap berada di bawah garis optimisme.
Tercatat selama kuartal I ITB lapangan usaha pertambangan dan penggalian berada di level 87,16 lalu meningkat menjadi level 94,39 di kuartal II hingga akhirnya naik secara bertahap ke level 96,57 di kuartal III.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis BPS Kecuk Suhariyanto menjelaskan pesimisnya para pelaku usaha di sektor tambang dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain penerapan Undang-Undang Minerba tentang larangan ekspor mineral mentah. Selain itu, lemahnya permintaah ekspor dari China selaku negara mitra dagang utama Indonesia turut berpengaruh negatif.
"Permintaan di negara tujuan ekspor utama ke China melemah itu berpengaruh, dan harga batubara yang masih kurang menggembirakan, itu jelas mempengaruhi produksi batubara di triwulan sekarang dan kedepannya," kata Kecuk di kantor BPS Pusat, Kamis (5/11).
Selama kuartal III, industri pertambangan dan penggalian mengalami kontraksi sebesar 4,48 persen secara tahunan. Namun sektor tersebut masih berkontribusi 7,31 persen terhadap PDB.
Apabila tidak ada perbaikan ekonomi di negara tujuan ekspor dan kenaikan harga batubara, Kecuk menambahkan kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDB akan semakin menurun.
"Kemudian kalau tidak ada perubahan kedepannya persepsi terhadap bisnis batu bara masih negatif di triwulan berikutnya, untuk kembali kesana saya pikir masih akan sulit," katanya.
BPS dan BI juga melakukan survei untuk membaca kondisi kuartal IV 2015, di mana hasilnya ITB sebesar 103,72. Angka tersebut tidak lebih baik dibandingkan ITB kuartal III 106,04.
Kondisi bisnis di sejumlah lapangan usaha pada kuartal terakhir diperkirakan menurun, antara lain di sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.
(ags/gen)