Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan rencana pemangkasan subsidi listrik untuk pengguna rumah tangga golongan terendah bakal menyumbang inflasi nasional sekitar 0,4 persen.
Deputi Bidang Distribusi dan Statistik BPS, Sasmito Hadi Wibowo menjelaskan rencana pemerintah mengurangi jumlah pelanggan listrik bersubsidi, 450 volt ampere (va) dan 900 va akan meingkatkan beban ekonomi rumah tangga. Pasalnya, kebijakan itu nantinya akan memaksa jutaan rumah tangga pengguna listrik golongan terendah untuk naik kelas menjadi golongan listrik 1.300 va dan 2.200 va.
"Tentunya biaya hidup rumah tangga akan naik karena salah satu faktornya naik seperti listriknya naik. Nah naiknya itukan menyebabkan kenaikan inflasi," ujar Sasmito di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Kamis (5/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam jangka pendek, kata Sasmito, dalam rentang waktu tiga hingga enam bulan setelah migrasi pengguna listrik akan terjadi tambahan inflasi sekitar 0,3 persne hingga 0,4 persen. Namun, imbas dari pemangkasan subsidi listrik ini tidak akan selama dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
"Mungkin tiga sampai enam bulan pertama akan terasa (tambahan inflasi) 0,3 persen bahkan 0,4 persen. Tapi tidak seperti kenaikan BBM yang bisa setahun dampaknya," tuturnya.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana mengurangi jumlah pelanggan listrik golongan 450 va dan 900 va sebanyak 22,3 juta rumah tangga dari total pelanggan saat ini 45 juta rumah tangga.
Pasalnya, berdasarkan catatan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), pelanggan listrik yang diperbolehhkan memakai dua klasifikasi tersebut hanya mencapai 24,7 juta rumah tangga, atau sesuai dengan kategori masyarakat miskin di Indonesia.
Untuk itu, pemerintah bersama TNP2K dan PT PLN (Persero) akan menyaringnya dengan melakukan sensus secara langsung dalam waktu dekat.
(ags)