Jakarta, CNN Indonesia -- Manajemen PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) mempertimbangkan untuk mengakuisisi beberapa perusahaan tekstil demi memperkuat posisi sebagai perusahaan tekstil terintegrasi hulu ke hilir. Kendati demikian, langkah ini belum akan dilakukan perusahaan dalam waktu dekat.
Direktur Keuangan Sritex Allan M. Severino mengatakan pelaksanaan akuisisi ini masih dalam tahap penawaran dari perusahaan-perusahaan yang ingin diakuisisi. Ia berharap pada 2017 semua keputusan terkait aksi korporasi ini akan selesai.
"Memang sudah ada beberapa perusahaan yang menawarkan untuk diakuisisi baik dari hulu tekstil maupun hilir tekstil. Kalau akuisi perusahaan hulu tentu agar mempermudah penyediaan bahan baku, namun kalau akuisisi hilir kami ingin agar produksi terserap," jelasnya di Jakarta, Kamis (11/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk akuisisi perusahaan hulu, Allan mengatakan sudah ada dua produsen fiber lokal yang menawarkan diri untuk diakuisisi. Kemungkinan besar, ujarnya, perusahaan akan mengakuisisi 100 persen kepemilikan kedua perusahaan tersebut.
"Tapi kami masih belum bisa beritahu nama kedua perusahaan tersebut beserta nilai akuisisi yang ditawarkan karena sifatnya
confidential. Mungkin akhir tahun depan keputusannya sudah bisa diambil," tambahnya.
Akuisisi MerekSedangkan untuk akusisi di sisi hilir, perusahaan berencana untuk mengakuisisi merek-merek pakaian jadi luar negeri untuk dijual di Indonesia. Sampai sejauh ini, ia mengatakan kalau sudah ada dua perusahaan asal Asia Tenggara yang menawarkan merek-nya untuk diakusisi Sritex.
Lebih lanjut, ia menjelaskan kalau nanti produk-produk ritel yang dijual murni diproduksi oleh Sritex namun menggunakan merek-merek dagang yang diakuisisi. Langkah ini diambil perusahaan agar tak usah lagi membangun fasilitas pemasaran, seperti gerai-gerai penjualan dari awal lagi.
"Dan kami mengincar perusahaan
fast retailing, di mana merek-mereknya bukan untuk konsumsi
high class. Kenapa kami mengincar
fast retailing, yang omzetnya besar dan kami pun ingin agar produksi-produksi kami terserap untuk merek ritel tersebut," jelasnya.
Namun menurutnya, perusahaan masih mempertimbangkan opsi untuk membuat merek sendiri dan tak jadi mengakuisisi merek-merek dagang perusahaan luar negeri.
"Tergantung keputusan nanti. Tapi memang kalau kami mengakuisisi merek luar, kami tidak usah bangun dari nol lagi," ujarnya.
Sebagai informasi, penjualan Sritex hingga kuartal III mencapai Rp 475 miliar atau naik 13,36 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 419 miliar. Sebanyak Rp 81 miliar, atau 17 persen dari penjualan dihasilkan dari lini usaha garmen. Sedangkan penyumbang utama penjualan sebesar 44 persen dihasilkan dari lini pemintalan (
spinning).