Bali, CNN Indonesia -- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk akan memangkas biaya armada pesawat hingga 15 persen pada tahun depan agar bisa bersaing di industri penerbangan domestik maupun kawasan Asia Pasifik.
Direktur Utama Garuda Indonesia, M. Arif Wibowo menjelaskan rata-rata maskapai saat ini melakukan restrukturisasi biaya agar bisa bertahan di tengah ketatnya persaingan industri penerbangan. Strategi ini juga dilakukan Garuda, antara lain dengan melakukan renegosiasi dengan pemilik pesawat, baik untuk meringankan biaya asuransi dan perawatan, serta mengupayakan perpanjang masa sewa pesawat.
"Kami menargetkan
fleet cost harus turun 12-15 persen. Nah itu yang kami lagi proses lewat renegosiasi, baik untuk sebagian refinancing atau umur sewa pesawatnya ditambah," ujar Arif di sela konferensi Asosiasi Maskapai Asia Pasifik (AAPA) di Nusa Dua, Bali, Jumat (13/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Arif, bukan hanya jaringan penerbangan yang tengah ditingkatkan Garuda. Namun, perbaikan struktur biaya operasional pesawat juga perlu dipangkas guna menjaga kesehatan neraca perseroan.
"kami lagi banyak
restructure cost, bukan berarti efisiensi ya. Berbagai cara kami lakukan supaya bisa menghadapi persaingan ini dengan struktur biaya yang lebih baik," katanya.
Dia mengatakan rata-rata maskapai di Asia Pasifik pendapatannya turun sekitar 2,1 persen hingga September 2015, meskipun jumlah penumpang pesawat di kawasan tersebut tumbuh 8,3 persen.
Beruntung, katanya, harga bahan bakar pesawat atau avtur anjlok mengikuti tren penurunan harga minyak dunia. Hal ini membuat sebagian perusahaan penerbangan di kawasan masih bisa menjual tiket dengan harga terjangkau.
Sebelumnya, maskapai pelat merah itu berencana mengurangi jumlah kru kabin pesawat dan biaya sewa kamar hotel guna menekan beban jaringan (network) dan mencapai target efisiensi beban non-fuel sebesar US$ 198 juta pada tahun ini. Manajemen optimistis bisa mencapai target tersebut meskipun realiasi efisiensi di semester I 2015 di bawah harapan.
"Kendati semester lalu efisiensi non fuel kami masih di bawah 50 persen, kami harap bisa mengejar efisiensi dengan menurunkan biaya jaringan mengingat biaya tersebut adalah biaya upstream. Kalau biaya upstream bisa ditekan, biaya downstream juga bisa mengikuti," jelas Arif Wibowo, Jumat (21/8).