Antalya, CNN Indonesia -- Konferensi Tingkat Tinggi G20 rampung digelar di Antalya, Turki, pada Senin (16/11) usai membahas lima tantangan bersama untuk mempersempit celah ekonomi di antara beberapa negara maju dan berkembang.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan fakta adanya kesenjangan ekonomi di berbagai negara menjadi salah satu fokus bahasan yang tercantum dalam komunike hasil KTT G20.
Ia menilai bahwa pertumbuhan ekonomi global tidak merata dan angkanya masih jauh dari harapan. Risiko dan ketidakpastian di pasar finansial masih terus ada dan tantangan geopolitik masih menjadi masalah global.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di tahun 2015 ini kita telah menghadapi agenda global dan kebanyakan masalah yang kita hadapi memerlukan solusi bersama. G20 bukan hanya soal negara anggota saja, tapi seluruh dunia," kata Erdogan dalam pernyataannya kepada media usai penutupan KTT G20.
Erdogan juga memaparkan lima tantangan bersama untuk mewujudkan hal ini, yaitu melemahnya harga komoditas, melambatnya aliran modal, menurunnya perdagangan global, perubahan nilai mata uang, dan risiko geopolitik.
Selain itu Erdogan juga mengatakan rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga bulan depan yang diantisipasi akan berdampak buruk bagi pasar negara-negara berkembang.
“Tantangan lainnya adalah mewujudkan stabilitas dan investasi,” ujarnya.
Untuk investasi yang dianggap sangat bermain dalam memberantas kemiskinan dan meningkatkan perkembangan ekonomi, negara G20 menyadari pentingnya sektor swasta. Melalui pertemuan para pengusaha negara G20, yang dikenal dengan B20, diharapkan peningkatan investasi bisa membuka peluang bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan masyarakat untuk berpartipasi di pasar sebagai pembeli, distributor dan konsumen.
Peningkatan usaha kecil dan menengah yang menjadi perhatian diharapkan akan semakin mudah dengan digalakkannya sistem perbankan Syariah. "Keuangan Islami harus dimajukan. Karena dengan cara ini akan semakin mudah bagi perusahaan kecil mengakses instrumen finansial," kata Erdogan.
Negara-negara G20 dalam komunike juga mengaku kecewa atas penundaan implementasi reformasi dan peningkatan kuota IMF yang tidak juga diratifikasi oleh Amerika Serikat. Saat ini, AS dengan kuota perekonomian terbesar dalam kategori IMF memiliki hak voting dan akses lebih luas di lembaga moneter internasional tersebut.
Salah satu prioritas yang masih ditekankan sejak KTT G20 di Brisbane tahun lalu adalah meningkatkan GDP G20 hingga 2 persen pada tahun 2018. Di antara langkah yang akan ditekankan adalah melakukan reformasi struktural untuk meningkatkan pertumbuhan, menciptakan lapangan kerja, mempromosikan inklusivitas dan mengurangi kesenjangan.
Inklusivitas dan implementasi adalah dua dari tiga tema utama G20, selain investasi. Melalui kemajuan yang inklusif atau mencakup semua, diharapkan bisa menguntungkan semua lapisan masyarakat di berbagai negara. Pasalnya, berdasarkan komunike, kesenjangan yang meningkat di banyak negara berisiko menciptakan gesekan sosial serta dampak buruk ekonomi yang akhirnya akan merusak target pertumbuhan.
"Inklusivitas berarti lebih banyak lagi lapangan pekerjaan, menghapuskan standar ganda, ketidaksetaraan dan meningkatkan kesejahteraan," ujar Erdogan.
Para pemimpin G20 sepakat berupaya menurunkan angka pengangguran pemuda hingga 15 persen pada tahun 2025. Dalam hal porsi kerja wanita yang untuk pertama kalinya dibahas di G20, para pemimpin sepakat mengurangi kesenjangan tenaga kerja wanita dan pria hingga 25 persen pada 2025.
Selain permasalahan ekonomi, G20 juga membahas aksi terorisme, keamanan pangan, dan pengadaan energi di negara-negara miskin, terutama di wilayah Sub-Sahara, Afrika. Hal lain yang menjadi perhatian adalah mengatasi perubahan iklim.
(gir/gir)