BPS Optimistis Neraca Dagang RI Surplus Sampai Akhir 2015

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Selasa, 17 Nov 2015 12:42 WIB
Impor barang konsumsi dan infrastruktur telah selesai dilakukan, sementara ekspor produk Indonesia diyakini masih tinggi meski harga relatif turun.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin (kiri). (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma).
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) optimisis neraca perdagangan Indonesia akan surplus hingga akhir tahun. Sebelumnya, BPS melaporkan neraca perdagangan Januari-Oktober 2015 surplus US$ 8,16 miliar.

“Kalau hanya dua bulan, saya yakin tidak akan menggerus surplus,” tutur Kepala BPS Suryamin di kantornya, kemarin.

Suryamin mengungkapkan impor barang-barang konsumsi dan barang penunjang infrastruktur telah dilakukan pada bulan-bulan sebelumnya. Dengan demikian, tekanan impor tidak akan besar. Sementara permintaan ekspor produk Indonesia masih tinggi meskipun harganya relatif turun apabila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Volume (ekspor) naik ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap komoditas ekspor Indonesia masih tinggi dan kita masih bisa mensuplai. Kenapa menurun nilainya? Karena harga satuannya sedang turun,” ujarnya.

Berdasarkan data BPS, secara kumulatif nilai ekspor Indonesia selama periode Januari-Oktober 2015 mencapai US$ 127,23 miliar atau turun sebesar 14,04 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan nilai impor pada Januari-Oktober tercatat turun 20,47 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi US$ 119,05 miliar.

Ditemui terpisah, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menilai secara bulanan, neraca perdagangan Indonesia masih berpeluang untuk surplus dalam dua bulan ke depan.

Komoditas primer, lanjut Sasmito, bisa menjadi andalan neraca perdagangan Indonesia hingga ahir tahun. Hal itu didukung oleh tren kenaikan harga komoditas primer ke depan, seperti minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO), batu bara, dan karet.

“Mungkin negara-negara importir dari kita, dia butuh untuk men-stock inventory yang mungkin sudah mulai berkurang. Apalagi di negara-negara di belahan bumi utara mulai masuk musim dingin. Mereka butuh bahan baku primer,” ujarnya. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER