2016, Schroders Fokus Investasi Saham Perbankan dan Konsumsi

CNN Indonesia
Rabu, 18 Nov 2015 12:01 WIB
Nilai dana kelolaan Schroders per Oktober 2015 mencapai Rp 66 triliun, di mana 50 persen dana berasal dari institusi dan 50 persen dari individu atau ritel.
Keputusan Schroders memperbesar investasi di saham sektor perbankan karena melihat pertumbuhan kredit di tahun depan akan semakin tinggi. (REUTERS/Crack Palinggi).
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan manajemen investasi, PT Schroders Investment Management Indonesia fokus menyimpan dana kelolaan saham pada tiga sektor utama tahun depan, yaitu saham konstruksi, barang-barang konsumsi (consumer goods), dan perbankan. Strategi investasi ini diambil karena ketiga sektor itu dianggap lebih prospektif dibandingkan yang lain.

Fund Manager Schroders Irwanti menjelaskan porsi saham perbankan dan consumer goods akan lebih mendominasi karena keduanya merupakan penopang utama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Bahkan, nilai penempatan di kedua sektor tersebut mencapai 50 persen dari seluruh penempatan dana kelolaan di portofolio saham 2016.

"Consumer goods prospektif karena basis populasi kita cukup banyak dan pertumbuhan populasi semakin meningkat, sedangkan sektor perbankan kami melihat pertumbuhan kredit di tahun depan akan semakin intensif," jelasnya di Jakarta, Rabu (18/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara untuk penempatan dana kelolaan di saham-saham konstruksi, Irwanti mengatakan perusahaan belum akan terlalu agresif pada 2016 mengingat nilai kapitalisasi pasar di sektor ini masih kecil.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia per 17 November 2015, kapitalisasi pasar saham konstruksi tercatat sebesar Rp 367,01 triliun, sedangkan sektor finansial dan consumer goods masing-masing Rp 1.201,66 triliun dan Rp 1.112,31 triliun.

"Mungkin porsi untuk sektor konstruksi tak akan sebesar kedua porsi lainnya," terangnya.

Selain menempatkan dana kelolaan di portofolio saham, Schroders  juga akan lebih banyak menempatkan dana di obligasi, khususnya obligasi pemerintah. Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 5,5 persen dan proyeksi inflasi yang bisa mencapai target 4 plus minus 1 persen, perusahaan yakin penawaran obligasi pemerintah ini akan lebih menarik kedepannya.

"Di Indonesia ini tak ada pilihan lain untuk obligasi selain government bonds. Bagusnya, kami melihat indikator makroekonomi ke depan akan membaik sehingga spread yang tercipta akan membuat obligasi lain tak menarik," ujar Head of Intermediary Schroders Teddy Oetomo di lokasi yang sama.

Dari seluruh dana kelolaan (Asset Under Management/AUM) Schroders, obligasi diperkirakan akan mengambil proporsi 40 persen dan penempatan di saham akan mengambil porsi sebanyak 60 persen, dimana obligasi pemerintah mengambil porsi 90 persen dari jumlah penempatan dana di obligasi. Sayangnya, Teddy tak mau berspekulasi mengenai jumlah AUM yang bisa dikelola perusahaan pada tahun depan. "Semua tergantung pasar," ujarnya.

Hingga Oktober 2015, nilai AUM perusahaan mencapai Rp 66 triliun, di mana 50 persen dana berasal dari institusi dan 50 persen dari individu atau ritel.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER