Rizal Ramli Sebut Ekonomi RI Dibebani Empat Defisit Masa Lalu

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Rabu, 18 Nov 2015 13:43 WIB
Pemerintahan Jokowi disebut mewarisi defisit neraca perdagangan, neraca pembayaran, APBN, dan defisit transaksi berjalan dari pemerintah masa lalu.
Menko Kemaritiman Rizal Ramli. (Dok. Sekretariat Kabinet)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menyatakan pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tahun pertama tidak beruntung. Pasalnya, Jokowi diwarisi empat defisit oleh pemerintahan sebelumnya.

“Keempat defisit ini memberikan tekanan dalam bidang makroekonomi,” tutur Rizal, Rabu (18/11).

Defisit pertama adalah defisit neraca perdagangan. Di akhir 2014 tercatat defisit neraca perdagangan Indonesia mencapai US$ 1,89 miliar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Dulu kita biasa surplus pada akhir tahun mencapai US$ 32 miliar, belakangan merosot terus hampir negatif sekarang sudah mulai naik lagi,” ujarnya.

Sepanjang tahun ini, neraca perdagangan Indonesia telah kembali hijau. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) neraca perdagangan Januari-Oktober 2015 mencatatkan surplus US$ 8,16 miliar.

Defisit kedua adalah defisit transaksi berjalan (current account). Bank Indonesia (BI) melaporkan defisit transaksi neraca berjalan Indonesia pada akhir 2014 mencapai US$ 25,86 miliar atau turun dari defisit transaksi neraca berjalan Indonesia turun pada 2013 sebesar US$ 29,10 miliar.

Ketiga, defisit neraca pembayaran Indonesia (NPI). BI melaporkan neraca pembayaran Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 7,3 miliar pada 2013. Namun sepanjang 2014, NPI telah kembali mencatat surplus US$ 15,2 miliar.

“Sebetulnya pada 1998 belum pernah sekaligus ada defisit current account dan defisit neraca pembayaran di dalam perekonomian Indonesia,” ujar Rizal.

Defisit terakhir, lanjut Rizal adalah defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Defisit Anggaran Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2014 mencapai Rp 227,4 triliun atau 2,26 persen dari PDB. Angka itu lebih rendah dari target APBNP 2014 yang mencapai 2,4 persen.

Koreksi pada pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini disebut Rizal juga akibat pemerintah terdahulu tidak melakukan perbaikan struktural kala Indonesia menikmati tingginya harga komoditas beberapa tahun lalu.

“Pada saat booming commodity berapa tahun yang lalu tidak dilakukan perbaikan struktural sehingga semua masalah itu akhirnya mulai nongol di akhir 2014 ke 2015,” ujarnya. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER