Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mempermudah proses dan memangkas ongkos penawaran perdana saham (initial public offering/IPO) dan penerbitan surat utang pada tahun depan guna mendorong roda ekonomi dan kinerja industri.
“Kami sudah melakukan survei kepada para pengusaha, calon investor atau mereka yang nantinya akan terlibat di pasar modal, bahwa ternyata menurut mereka biaya untuk mengeluarkan obligasi korporasi di pasar modal kita lebih mahal dibandingkan untuk dapat pinjaman bank,” tutur Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad dalam acara Aberdeen Outlook Ekonomi & Pasar Modal 2016 di Hotel JW Marriot Jakarta, Kamis (19/11).
Muliaman mengungkapkan surat utang merupakan instrumen pembiayaan jangka panjang yang penting bagi perusahaan. Selama ini, banyak komponen biaya yang dikeluarkan dalam penerbitan surat utang contohnya biaya penjaminan (underwriting) dan komponen biaya-biaya lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenarnya, kata Muliaman, masih ada ruang untuk membuat prosedur penerbitan surat utang lebih efisien.
“Nanti kita akan coba perbaiki, mudah-mudahan pada tahun 2016 kita dorong tumbuh kembangnya industri surat utang nasional yang nantinya kita harapkan bisa memenuhi kebutuhan dana-dana jangka panjang,” ujarnya.
Dia berharap setelah prosedur IPO dan penerbitan surat utang disederhanakan akan semakin banyak pihak yang memanfaatkan instrumen investasi tersebut sebagai sumber pembiayaan jangka panjang.
"Kita nanti juga akan bicarakan dengan stakeholders yang terkait dengan proses ini karena semua pihak berkepentingan sebetulnya sebab semakin banyak yang bisa memanfaatkan pasar surat utang ini kan semakin bagus sebagai pendamping dana perbankan," katanya.
Selain itu, Muliaman mengungkapkan, OJK juga akan memberikan kelonggaran pada perusahaan asuransi dan dana pensiun nasional untuk membeli Surat Utang Negara (SUN) dan instrumen obligasi.
“Dengan demikian juga bisa mendorong permintaan yang lebih besar kepada SUN dan
fixed income lain,” ujarnya.
(ags)