Jakarta, CNN Indonesia -- PT OKI Pulp and Paper, anak usaha Asia Pulp & Paper (APP) milik grup Sinar Mas bakal mengoperasikan satu pabrik baru di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan pada April 2016. Rencana tersebut diyakini bisa terlaksana setelah sampai November 2015, manajemen telah menyelesaikan 55,53 persen pembangunan pabrik yang ditargetkan bisa menyerap 3.500 tenaga kerja ketika beroperasi nanti.
Direktur Pengelola Sinar Mas G. Sulistiyanto mengatakan setelah beroperasi nanti, pabrik pulp terbesar di Asia dengan nilai investasi Rp 35 triliun ini akan mengekspor 2 juta ton
pulp dan 500 ribu ton tisu dengan nilai mencapai US$ 1,5 miliar pada tahun pertama.
"Perusahaan berharap target ini bisa dicapai karena jika tertunda lagi maka akan menambah biaya investasi," kata Sulistyanto melalui keterangan resmi, dikutip Minggu (22/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kekhawatiran manajemen bahwa target produksi perdana dari pabrik baru bisa mundur mengingat perusahaan mengalami ancaman gangguan pasokan bahan baku karena beberapa lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) turut terbakar akibat bencana kebakaran hutan dan lahan belum lama ini.
"Perusahaan juga menjadi korban atas kebakaran hutan dan lahan yang terjadi, tentunya ini mengganggu rencana ke depan. Namun saat ini sudah ada rencana revitalisasi lahan yang terbakar untuk memastikan ketersediaan bahan baku di masa datang," katanya.
Site Manager APP OKI Gadang Hartawan menambahkan kebutuhan bahan baku APP OKI dipasok dari lahan HTI seluas 470 ribu hektare yang berada di OKI dan Musi Banyuasin. Berdasarkan estimasi sementara, terdapat 10 persen lahan HTI milik perusahaan yang terbakar, sementara kebutuhan pasokan pohon akasia per tahun cukup dipasok dari lahan seluas 60-70 hektare.
"Dari hitung-hitungan ini maka suplai bahan baku tetap terjaga karena masih ada cadangan," kata Gadang.
Pabrik APP OKI memiliki lahan seluas 1.700 hektare atau sepertiga dari luas Kabupaten OKI yang mulai dibangun sejak 2013. Lokasi pabrik baru dibangun di OKI karena sudah ada ratusan ribu hektare lahan HTI milik perusahaan yang sudah ditanami sejak 2005 lalu.
Selain memiliki lahan HTI sendiri, perusahaan juga telah menyiapkan berbagai infrastruktur penunjang seperti pelabuhan di Selat Bangka, pembangkit listrik biomassa berkapasitas 500 MW, dan sistem 17 pabrik yang terintegrasi.
Direktur APP Suhendra Wiriadinata mengatakan bisnis
pulp atau bubur kertas dan tisu sangat menggiurkan pada masa mendatang seiring dengan semakin tingginya permintaan, terutama dari China.
"Dari dua juta ton pulp yang dihasilkan, sebanyak 80 persen diekspor, sementara yang 20 persennya akan dibuat tisu dan 95 persennya juga diekspor, serta sebagian besar tujuan ke China," kata Suhendra.
Serap Tenaga KerjaIskandar, Bupati OKI mengharapkan beroperasinya pabrik APP di OKI dapat semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah yang dipimpinnya.
Saat ini, tenaga kerja yang bekerja di APP OKI mencapai 15 ribu orang untuk tahap pembangunan pabrik. Namun, setelah beroperasi tahun depan diharapkan masih bisa menyediakan lapangan kerja bagi 3.500 warga OKI ditambah 15 ribu orang tenaga kerja tidak langsung yang bekerja untuk kontraktor dan perusahaan pemasok bahan baku.
"Mendatangkan investasi setara Rp 35 triliun bukan perkara mudah. Harapannya, terjadi perubahan signifikan dengan kabupaten ini," ujar Iskandar.
Ia menargetkan terdongkraknya volume ekspor dari Kabupaten OKI bisa menumbuhkan nilai ekspor Sumatera Selatan sebesar 32 persen, dan produk domestik regional bruto (PDRB) sebesar 11 persen.
Sulistyanto menambahkan dalam proses pembangunan pabrik, ini perusahaan telah menyalurkan dana sebesar Rp 21,83 miliar untuk pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan Rasau, beasiswa, dan pendirian sekolah pendidikan anak usia dini di OKI.