Bali, CNN Indonesia -- Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) merespons positif upaya pemerintah Indonesia dan Malaysia membentuk Dewan Negara Penghasil Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producer Countries/CPOPC). Wadah tersebut dinilai bisa mempererat kerjasama untuk memajukan industri seperti layaknya yang dilakukan oleh Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).
"Kami menyambut baik inisiatif ini karena akan mempererat kerjasama antara sesama negara penghasil minyak sawit baik secara G to G maupun B to B," kata Ketua Umum Gapki Joko Supriyono dalam konferensi internasional Indonesian Palm Oil Conference 2015 (IPOC 2015) di Bali, Kamis (26/11).
Sebelumnya, penandatanganan CPOPC telah dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli dan Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Datuk Amar Douglas Embas di Kuala Lumpur, Sabtu (21/11) lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembentukan CPOPC bertujuan untuk melakukan koordinasi kerjasama dalam pengembangan industri minyak sawit. Dengan demikian, industri sawit bisa mengoptimalkan kontribusinya pada perekonomian, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan dilakukan secara berkelanjutan.
Ditemui terpisah, Sekretaris Jenderal Gapki Togar Sitanggang menambahkan sebelum wadah ini dibentuk pelaku usaha telah memberikan masukan agar peran CPOPC bisa optimal.
“Sebelum penandatanganan itu ada, kami sudah kasih masukan dan ikut terlibat di dalamnya,” kata Togar.
Namun, Togar menampik jika forum tersebut dimaksudkan untuk mengatur harga minyak sawit.
“Kami tidak berbicara soal mengatur harga, sama sekali tidak,” tutur Togar.
Menurut Togar, CPOPC adalah suatu forum kebersamaan dalam menjaga stabilitas dan pengembangan produk sawit. Togar mencontohkan, Indonesia sudah ingin menerapkan biodiesel campuran 20 persen (B-20) sementara Malaysia baru biodiesel campuran 5 persen (B-5), melalui wadah ini kedua negara bisa saling bertukar pengalaman implementasi biodiesel tersebut.
“Kendala mereka apa? Mungkin dari sisi otomotifnya, nanti kita contohkan Indonesia seperti apa,” ujarnya.
Penentu HargaNamun, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengakui bahwa tujuan dari dibentuknya CPOPC adalah untuk mengatur harga minyak sawit dunia dan produk turunannya.
“Malaysia dan Indonesia itu menguasai 85 persen produksi CPO. Selama ini berantem saja. Sehingga diharapkan dengan duduk bersama, kita bisa bentuk harga yang sustainable karena CPOPC ini sejenis OPEC,” kata Rizal.
Sebagai organisasi kelas dunia, CPOPC nantinya akan menentukan satu standar global kualitas minyak sawit yang baru. Caranya diawali dengan mengharmoniskan standar minyak sawit Indonesia dan Malaysia sebagai dua negara inisiator CPOPC.
“Kantornya nanti di Indonesia, kedudukan legalnya, dan nanti akan ada CEO-nya. Kami berencana merekrut mantan Sekjen PBB supaya komunikasi dengan Barat yang banyak membeli minyak sawit lancar,” ujarnya.
(gen)